Video

Senin, 18 Februari 2013

Shalat Sunnah Ba'da Ashar, ikut dalil yang mana ?

Dalil Pertama:

3174 - ( كان لايدع ركعتين قبل الفجر , وركعتين بعد العصر )

Artinya : “Adalah beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam- tidak pernah meninggalkan 2 raka’at sebelum fajar dan 2 raka’at setelah Ashar .”

Sumber dari “Silsilah Al-Ahaadiits As-Shohiihah”
Pengarang : Syaikh Al-Albaaniy –rahimahullah
Diterjemahkan oleh Abu Hisyaam As-salafiy

Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di“ Al- Mushonnaf ” (2 / 352) : Telah menceritakan kepada kami Affaan berkata : Telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Awaanah berkata : telah menceritakan kepada kami Ibroohiim bin Muhammad bin Al-Muntasyir dari Bapaknya Bahwasanya beliau biasa melaksanakan sholat 2 raka’at setelah Ashar, maka suatu ketika ditanyakan kepadanya?maka beliau menjawab: kalau seandainya saya tidak melaksanakannya melainkan sesungguhnya saya telah melihat Masruuq melaksanakannya. Dan beliau adalah benar-benar tsiqoh . akan tetapi saya telah bertanya kepada ‘Aa’isyah ? maka beliau (‘Aa’Isyah) berkata : .....Kemudian dia menyebutkannya .(Al-hadits pent ) .

Saya Katakan : Ini adalah isnad yang shohih menurut syarat dua Syaikh (Al-Bukhoriy dan Muslim), Parowi seluruhnya tsiqoot dan tidak memiliki cacat dan hanya saja saya mengeluarkan hadits ini di karenakan shohih dan tingginya sanadnya. Dan karena padanya terdapat amalan Muhammad bin Al-Muntasyir terhadapnya –Dalam rangka ittiba’ kepada Masruuq seorang tabi’in yang mulia –dan kalau tidak , maka sesungguhnya hadits ini telah dikeluarkan di “Ash-Shohihain” dan yang selain keduanya, sebagaimana telah berlalu isyarat kepada hal itu pada hadits yang sebelumnya .

Dan yang marfuu’ dari hadits ini telah diriwayatkan oleh At-Thohaawiy di “ Syarh Al- ma’aaniy” (1/177) dari jalan yang lain, dari Abi ‘Awaanah dengannya (hadits tersebut ).
Dan Ibnu Abi Syaibah telah meriwayatkan dekat sebelum ini dengan sanad yang shohiih dari ‘Asy’ats bin Abi Sya’tsaa’ berkata : Saya pernah keluar bersama Bapakku (dan namanya Sulaim bin Aswad Al-Muhaaribiy ) dan Amr bin Maimuun dan Al- Aswad bin Yaziid dan Abi Waa’il , maka adalah mereka melaksanakan sholat 2 raka’at setelah Ashar.
Kemudian beliau meriwayatkan yang serupa dengannya dari sekelompok yang lain dari kalangan salaf , diantara mereka : Az-Zubair bin Al-Awwaam , dan anaknya Abdullaah –radhiallahu ‘anhuma-Dan demikian juga ‘Ali – radhiallahu ‘anhu- ,dan Abi Burdah bin Abi Muusaa.

Bahkan Ibnu Hibbaan telah meriwayatkan (1568- 1570), dan dua Syaikh dari Al- Aswad
Dan Masruuq dari ‘Aa‘iisyah ; bahwasanya Nabi dahulu melaksanakannya. Dan dia dikeluarkan di “ shohiih Abi Daawud” (1160).

Dan Abdurrozzaaq telah meriwayatkan (2/433/377) dengan sanad yang shohiih dari Thoowus: bahwa Aba Ayyuub Al- Anshooriy biasanya melaksanakan sholat 2 raka’at setelah Ashar sebelum masa khilafah Umar, maka tatkala Umar menjadi khalifah beliau meninggalkannya. Maka tatkala Umar wafat beliau melaksanakannya kembali, maka dikatakan kepadanya : Apa ini ? maka beliau menjawab : Sesungguhnya Umar dahulu memukul orang karenanya. Berkata Thoowus : adalah Bapak saya tidak pernah meninggalkan keduanya ( 2 raka’at tsb).

Saya katakan : Maka termasuk kesalahan yang telah menyebar di kitab-kitab fiqh :larangan (melaksanakan) 2 raka’at (setelah Ashar) ini. dan tidak menyebutkannya di kelompok Sunan Rawaatib bersamaan dengan tetapnya (shohiihnya hadits dalam permasalahan ini),terus-menerusnya beliau –shallallahu‘alaihiwasallam – melaksanakan keduanya . Sebagaimana halnya beliau terus menerus /rutinnya melaksanakan 2 raka’at sebelum fajar , dan tidak ada dalil tentang penashakhannya = penghapusannya, dan tidak pula ada dalil yang menunjukkan bahwa ini merupakan khushushiyyah beliau bagaimana? Sementara orang yang paling mengetahuinya (2 raka’at tersebut ) selalu menjaganya ( 2 raka’at tersebut .Pent ). Yaitu Ummul Mukminin ‘Aa’Isyah – radhiallahu ‘anha- dan orang-orang yang sepakat dengan beliau (‘Aa’Isyah –radhiallahu ‘anha- Pent.) dari kalangan sahabat dan orang-orang salaf sebagaimana yang telah berlalu.

Dan di gandengkan dengan hal itu bahwa nash-nash yang melarang secara umum dari sholat ba’da Ashar adalah Muqoyyadah = diikat dengan hadits-hadits yang lain yang jelas membolehkan sholat ba’da Ashar sebelum matahari menguning ,dan diantarannya Hadits Ali –radhiallahu ‘anhu- secara marfuu’ dengan lafas :
" لا تصلوا بعد العصر : إلا أن تصلوا والشمس مرتفعة "
Artinya : “Janganlah kalian sholat setelah Ashar kecuali kalian sholat dalam keadaan matahari masih tinggi “.

Dan dia adalah Hadits yang shohih dalatng dari banyak jalan . dan sungguh telah berlalu takhrijnya . dengan No: (200 dan 314) dan telah berpendapat disyareatkannya 2 raka’at ini Abu Muhammad bin Hajm di “Al-Muhallaa “ dan beliau membantah orang –orang yang menyelisihi hal ini dalam pembahasan yang luas yang dibawakan di akhir juz ke 3 dan awal juz ke-4 maka siapa yang ingin silahkan untuk merujuknya kembali .
Dan kembalilah merujuk hadits yang sebelumnya , agar engkau mengerti tentang sebab pemukulan Umar terhadap orang-orang yang melaksanakan 2 raka’at tersebut.


2920- ( كان لايدع ركعتين قبل الفجر وركعتين بعد العصر )
Artinya : “Adalah beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam – tidak pernah meninggalkan 2 raka’at sebelum fajar , dan 2 raka’at setelah Ashar .”

Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di “Al-Mushonnaf “ (2/352) : Telah menceritakan kepada kami Affaan berkata : Telah mengabarkan kepada kami Abu Awaanah berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibroohiim bin Muhammad bin Al-Muntasyir dari Bapaknya :
“Sesungguhnya beliau dahulu melaksanakan 2 raka’at setelah Ashar, maka di katakan kepadanya ? maka dia mengatakan: kalau seandainya saya tidak melaksanakannya melainkan sesungguhnya saya telah melihat Masruuq melaksanakannya , dan beliau adalah benar-benar tsiqoh , akan tetapi saya telah bertanya kepada ‘AaIsyah ? maka beliau (‘AaIsyah) menjawab : maka beliau menyebutkannya (Al- hadits Pent ).

Saya Katakan : Dan ini adalah isnad yang shohih menurut syarat 2 (dua ) Syaikh dan Abu’Awaanah namanya Al-Wadhdhooh Al- Yusykariy, dan dia adalah “Tsabtun” =
sebagaimana yang dikatakan Al-Hafidz di “ At-Taqriib”.
Dan Sungguh Syu’bah telah menyelisihinya pada matannya , maka dia meriwayatkannya dari Ibroohiim dengannya, hanya saja dia mengatakan : “... empat raka’at sebelum Dzhuhur”. Di posisi dua raka’at setelah Ashar .

Telah meriwayatkannya juga Al-Bukhoriy dan yang selainnya, dan dia di keluarkan (ditakhriij) di “ Shohiih sunan Abi Daawud” no : (1139) .
Dan yang tampak bagi saya – wallahu a’lam – bahwa kedua riwayat tersebut sama-sama terjaga dikarenakan tsiqoh dan hafalnya para perowi keduanya. Dan karena (hadits)dua raka’at tersebut memiliki banyak jalan dari ‘Aa’isyah , akan datang penyebutan sebagiannya dengan idzin Allah ta’ala.

Dan sungguh At-Thohaawiy telah mengeluarkannya di “syarh Al- Ma’aaniy “ (1/177)
Dari jalan Hilaal bin Yahya berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awaanah dengannya (hadits tsb Pent) hanya saja beliau memasukkan Masruuq diantara Muhammad bin Al- Muntasyir dan ‘Aa’Isyah .


Dan Hilaal ini dho’iif .Berkata Ibnu Hibban di “ Adh –dhu’afaa’ “ (3/88): “Beliau (Hilaal) selalu salah bersamaan dengan sedikitnya riwayatnya”.
Ya, bagi hadits Masruuq ada dasar yang shohiih dengan riwayat yang lain , maka sepertinya dia (riwayat yang shohih Pent) tercampur atas beliau dengan riwayat ini (yang dhoif Pent ), maka berkata Al-Imaam Ahmad (6/241): Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Yuusuf berkata: Telah menceritakan kepada kami Musa’ar dari Amr bin Murroh dari Abi Adhu-Dhuhaa. Dari Masruuq berkata : Telah menceritakan kepadaku Ash-Shiddiqoh bintu Ash-shiddiq. Kekasih dari Habiibullaah yang disucikan: Bahwasanya Rasulullah dahulu mengerjakan sholat dua raka’at setelah Ashar .

Dan ini juga Isnad Shohiih sesuai menurut syarat dua Syaikh , Dan sungguh mereka berdua telah mengeluarkannya dari jalan yang lain dari Masruuq bergandengan dengan Al-Aswad , dengan lafas :
("مامن يوم يأتي على النبي صلى الله عليه وسلم إلا صلى بعد العصر ركعتين ")
Artinya : Tidak satu haripun yang datang kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- melainkan beliau mengerjakan sholat 2 raka’at setelah Ashar .”




Dan dalam satu riwayat dengan lafas :
" ركعتان لم يكن رسول الله صلى الله عليه وسلم يدعهما سرا ولاعلانية : ركعتان قبل صلاة الصبح وركعتان بعد العصر " ))

Artinya : “Dua raka’at yang Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- belum pernah meninggalkannya baik ketika tersembunyi maupun terang-terangan : 2 raka’at sebelum sholat subuh dan 2 raka’at setelah Ashar.”

Dan dia (hadits ini Pent) di keluarkan di“Al-Irwaa’(2/188-189), dan yang sebelumnya di “Shohiih Abi Daawud” (1160) .
Dan sungguh Ishaaq bin Yuusuf – dan dia adalah Al- Azroq- telah mengikuti Ja’far bin”Aun (dalam meriwayatkan hadits tersebut Pent), hanya saja beliau (Ishaaq) menyelisihi (Ja’far) dalam sanadnya, maka beliau (Ishaaq ) mengatakan : “ Dari Musa’ar dari Habiib bin Abi Tsaabit dari Abidh -Dhuhaa’ ,dengannya.

Telah mengeluarkannya (juga Pent) Ibnu Abi Syaibah (2/353) dan Abul ‘Abbaar As-Sirooj di“Musnadnya” ( ق /132/1).
Dan Ja’far bin Aun adalah “Shoduuq” (jujur )dan termasuk diantara perowi 2 orang Syaikh (Bukhoriy dan Muslim).maka kalau beliau menjaganya berarti Musa’ar dalam hal ini memiliki 2 orang syaikh /Guru , dan Jika tidak maka riwayat Al-Azroq lebih shohiih .
Ini dan sungguh Abi Syaibah telah meriwayatkan dari sekelompok salaf bahwasanya mereka dahulu mengerjakan sholat 2 raka’at ini setelah Ashar, diantara mereka adalah : Abu Burdah bin Abi Muusaa dan al-Aswad bin Yaziid dan Waa’il . beliau (Ibnu Abi Syaibah .Pent) meriwayatkan dari mereka dengan sanad yang shohiih . dan diantara mereka , Muhammad bin Al-Muntasyir dan Masruuq sebagaimana yang telah berlalu tadi.

Dan adapun (permasalahan) pemukulan ‘Umar terhadap orang-orang yang
melaksanakannya (2 raka’at ba’da Ashar tersebut Pent) maka itu adalah merupakan ijtihad beliau yang di bangun diatas bab “Saddudz dzari’ah “ ,Sebagaimana yang demikian ini dapat dirasakan /diketahui melalui 2 riwayat yang disebut kan Al-Haafidz di “ Al- Fath “ (2/65).
Salah satunya di “Mushonnaf Abdir Rozzaq” (2/431-432) , dan “Musnad Ahmad “ (4/155) dan Thabrooniy (5/260) , dan di hasankan oleh Al- Haitsamiy (2/223).
Dan yang lainnya: disisi Ahmad juga (4/102) dan Thabrooniy di “ Al-Mu’jamul Kabir” (2/58-59) dan, “Al-Aushath” (8848- dengan nomor dari saya ).

Dan saya telah menemukan riwayat yang ke tiga yang mempertegas (2 riwayat tersebut) yaitu dari riwayat Isroo’iil dari Miqdaam bin Syuraih dari Bapaknya, berkata : Saya telah bertanya kepada ‘Aa’Isyah tentang sholat Rasulullah bagaimana biasanya beliau sholat ? berkata beliau (‘Aa”Isyah) :“Biasanya beliau sholat dzuhur kemudian setelahnya mengerjakan sholat 2 raka’at , kemudian beliau melaksanakan sholat Ashar , kemudian setelahnya beliau sholat 2 raka’at , maka saya katakan (Bapak Syuraih Pent ) : sungguh dahulu (Umar) memukul karenanya dan melarang dari mengerjakannya (2 raka’at setelah Ashar Pent) ? maka beliau (‘AaIsyah) menjawab : Sesungguhnya ‘Umar dahulu melaksanakannya. Dan sungguh beliau telah tau bahwa Rasulullah mengerjakannya (sholat 2 raka’at tersebut Pent). Akan tetapi kaum kamu Ahluddien adalah kaum yang bodoh .yaitu mereka melaksanakan sholat dzuhur , kemudian melaksanakan sholat diantara Dzuhur dan Ashar,dan kemudian mereka sholat Ashar , kemudian sholat diantara Ashar dan Maghrib , maka ‘Umar pun memukul mereka . Dan sungguh beliau telah berbuat baik. .”
Dikeluarkan oleh Abul ‘Abbaas As-sirooj di “musnadnya” (ق /132 /1) . Saya Katakan : Dan sanadnya shohiih , dan dia adalah merupakan saksi = syaahid yang kuat bagi 2 (dua ) atsar yang di isyaratkan tadi, dan dia adalah merupakan nash yang jelas bahwa larangan Umar –radhiallahu ‘anhu- terhadap 2 raka’at tersebut bukanlah kepada dzatnya ( bukan kepada sholat itu sendiri Pent) Sebagaimana yang dianggap oleh kebanyakan orang, hanya saja larangan itu dikarenakan khawatir akan berlanjutnya sholat, Setelah 2 raka’at tersebut(hingga waktu terlarang Pent) , atau khawatir terjadi pengunduran 2 raka’at tersebut sampai waktu yang terlarang /makruuh. Yaitu ketika menguningnya matahari .dan waktu inilah yang di maksudkan dilarang sholat padanya setelah Ashar yang telah benar /shohiih didalam beberapa hadits sebagaimana yang telah berlalu penjelasannya dibawah 2 hadits yang telah lalu dengan no : (200 dan 314) .

Dan tersimpulkanlah dari apa yang telah lalu bahwa 2 raka’at setelah Ashar adalah merupakan sunnah apabila sholat Ashar dikerjakan bersamanya sebelum menguningnya matahari. Dan sesungguhnya pemukulan ‘Umar atas keduanya ( 2 raka’at tersebut Pent) hanyalah merupakan ijtihad dari beliau , yang disetujui sebagian sahabat dan diselisihi oleh yang lain ,dan yang paling terdepan diantara mereka (yang menyelisihi)adalah Ummul Mukminin-radhiallahu ‘anha- dan bagi masing-masing kelompok ada yang menyetujui , maka wajib untuk rujuk/kembali kepada sunnah dan 2 raka’at ini tetap di dalam sunnah. . dengan riwayat Ummul Mukminin, tanpa ada satu dalilpun yang menyelisihinya,kecuali hadits umum yang dikhususkan dengan hadits Ali dan Anas yang di isyaratkan kepada nomornya tadi. Dan tampaknya ini adalah madzhab Ibnu Umar juga . sungguh Al- Bukhoriy telah meriwayatkan (589) darinya (Ibnu ‘Umar) berkata : “Saya sholat sebagaimana saya melihat teman-teman saya sholat , saya tidak melarang sesorang untuk sholat di malam hari dan tidak pula disiang hari sekehendaknya, selain mereka mengerjakannya ketika terbitnya matahari dan ketika tenggelamnya .” dan ini adalah madzhab Abi Ayyub Al- Anshooriy juga. Sungguh Abdurrazzaaq telah meriwayatkannya darinya (2/433) dengan sanad yang shohiih dari Ibnu....... dari Bapaknya :

Bahwasanya Abu Ayyuub Al- Anshoriy dahulu biasa sholat 2 raka’at sesudah Ashar sebelum kekhilafan Umar . maka tatkala Umar menjadi Kholifah beliau meninggalkannya (2 raka’at tersebut ) dan tatkala Umar telah wafat beliau mengerjakannya lagi , maka di tanyakan kepada beliau : Apa ini ? maka beliau menjawab : Sesungguhnya ‘Umar memukul orang yang mengerjakannya , berkata Ibnu Thoowuus : Dan adalah bapakku tidak pernah meninggalkannya.

Dan disini kami perlu mengingatkan Ahlus Sunnah yang semangat untuk menghidupkan sunnah–sunnah dan mematikan bid’ah-bid’ah hendaklah mereka mengerjakan 2 raka’at ini, disetiap mereka melaksanakan sholat Ashar tepat pada waktu yang disyare’atkan, karena perkataan Rasulullah :“ Barang siapa yang mencontohkan di dalam Islam satu contoh yang baik .....” dan hanya dengan Allahlah taufiq tersebut .

" الحمدلله الذي بنعمته تتم الصالحات "

Dalil Yang kedua:

(Dan adakah sunnah setelah Shalat Ashar ?)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ بُكَيْرٍ عَنْ كُرَيْبٍ
أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ وَالْمِسْوَرَ بْنَ مَخْرَمَةَ وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَزْهَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَرْسَلُوهُ إِلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَقَالُوا اقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنَّا جَمِيعًا وَسَلْهَا عَنْ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ وَقُلْ لَهَا إِنَّا أُخْبِرْنَا عَنْكِ أَنَّكِ تُصَلِّينَهُمَا وَقَدْ بَلَغَنَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْهَا وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَكُنْتُ أَضْرِبُ النَّاسَ مَعَ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ عَنْهَا فَقَالَ كُرَيْبٌ فَدَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَبَلَّغْتُهَا مَا أَرْسَلُونِي فَقَالَتْ سَلْ أُمَّ سَلَمَةَ فَخَرَجْتُ إِلَيْهِمْ فَأَخْبَرْتُهُمْ بِقَوْلِهَا فَرَدُّونِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ بِمِثْلِ مَا أَرْسَلُونِي بِهِ إِلَى عَائِشَةَ فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى عَنْهَا ثُمَّ رَأَيْتُهُ يُصَلِّيهِمَا حِينَ صَلَّى الْعَصْرَ ثُمَّ دَخَلَ عَلَيَّ وَعِنْدِي نِسْوَةٌ مِنْ بَنِي حَرَامٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فَأَرْسَلْتُ إِلَيْهِ الْجَارِيَةَ فَقُلْتُ قُومِي بِجَنْبِهِ فَقُولِي لَهُ تَقُولُ لَكَ أُمُّ سَلَمَةَ يَا رَسُولَ اللَّهِ سَمِعْتُكَ تَنْهَى عَنْ هَاتَيْنِ وَأَرَاكَ تُصَلِّيهِمَا فَإِنْ أَشَارَ بِيَدِهِ فَاسْتَأْخِرِي عَنْهُ فَفَعَلَتْ الْجَارِيَةُ فَأَشَارَ بِيَدِهِ فَاسْتَأْخَرَتْ عَنْهُ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ يَا بِنْتَ أَبِي أُمَيَّةَ سَأَلْتِ عَنْ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ وَإِنَّهُ أَتَانِي نَاسٌ مِنْ عَبْدِ الْقَيْسِ فَشَغَلُونِي عَنْ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ فَهُمَا هَاتَانِ

(BUKHARI - 1157) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada saya Ibnu Wahb berkata, telah mengabarkan kepada saya 'Amru dari Bukair dari Kuraib bahwa Ibnu 'Abbas dan Al Mismar bin Makhramah dan 'Abdurrahman bin Azhar radliallahu 'anhum, ketiganya mengutusnya (Kuraib) untuk menemui 'Aisyah radliallahu 'anha dengan mengatakan; "Sampaikan salam dari kami semua kepadanya, dan tanyakan tentang dua raka'at setelah shalat 'Ashar dan tanyakan kepadanya bahwa kami mendapat berita bahwa dia mengerjakan shalat tersebut padahal telah sampai berita kepada kami dari Nabi bahwa Beliau melarang mengerjakannya, bahkan aku bersama 'Umar bin Al Khaththab pernah memukul orang yang mengerjakannya. Kuraib berkata; "Maka aku menemui 'Aisyah radliallahu 'anha lalu kusampaikan kepadanya semua tujuan aku diutus. Maka (Aisyah radliallahu 'anha) menjawab; "Tanyakan saja kepada Ummu Salamah ". Lalu aku menemui mereka yang mengutusku dan aku sampaikan ucapan 'Aisyah radliallahu 'anha. Lantas mereka memerintahkanku menemui Ummu Salamah dengan memerintahkan hal yang sama seperti ketika mereka mengutusku menemui 'Aisyah radliallahu 'anha. Maka Ummu Salamah radliallahu 'anhah berkata: "Aku mendengar Nabi pernah melarang mengerjakannya namun di kemudian hari aku melihat Beliau mengerjakannya seusai mengerjakan shalat 'Ashar. Setelah itu Beliau menemuiku yang ketika itu bersamaku ada beberapa wanita dari suku Bani Haram dari kalangan Kaum Anshar. Maka aku utus seorang sahaya wanita dan aku berkata kepadanya; "Pergilah menemui Beliau (Rasulullah ) dan sampaikan kepadanya bahwa Ummu Salamah bertanya; Wahai Rasulullah , Aku mendengar anda pernah melarang shalat dua raka'at setelah 'Ashar namun aku juga melihat anda mengerjakannya. Jika Beliau memberi isyarat dengan tangannya maka tunggulah". Maka sahaya tersebut melaksanakannya dan ternyata Beliau memberi isyarat dengan tangannya. Maka sahaya ini menunggu dari Beliau. Setelah selesai Beliau berkata: "Wahai binti Abu Umayyah, kamu bertanya tentang dua raka'at setelah 'Ashar. Sungguh aku kedatangan rambongan orang dari suku 'Abdul Qais yang menyebabkan aku terhalang dari mengerjakan dua raka'at setelah Zhuhur. Itulah yang aku kerjakan (setelah 'Ashar) ".



Back to The Title

Tidak ada komentar:

Posting Komentar