Video

Senin, 31 Agustus 2015

Islam Nusantara menurut Sang Alim Lillah


Islam Nusantara

Islam Nusantara adalah kalimat dan atau istilah yang tak asing lagi semenjak di era politik kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi sang tokoh yang populer karena tradisi blusukannya), kemunculan istilah Islam Nusantara berbarengan dengan kacaunya stabilitas politik dan keamanan yang terjadi di kawasan Timur tengah (kawasan Hijaz). Sebelumnya istilah tersebut tak pernah terdengar apalagi menggema hingga memunculkan banyak reaksi dan tanggapan dari berbagai pihak dari dunia Islam, termasuk ulama-ulama dari timur tengah.

Termasuk tokoh akedemisi keislaman yang berasal dari Yaman, beliau adalah Prof. Dr. Habib Muhammad Baharun yang berasal dari daerah asal para kakek Walisongo berasal.
Islam Nusantara Menurut Perspektif Prof. Dr. Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun (Rektor Univ. Al-Ahqaff, Hadhramaut, Republik Yaman). Apa pandangan beliau tentang Islam Nusantara, apakah di dalamnya terdapat perpecahan umat Islam atau sebaliknya ?

Pendapat beliau adalah sebagai berikut:

هذه الفكرة سمعت عنها قبل فترة، وأنّها تختلف باختلاف المفسرين. منهم من يفسرّها بأنّها الإسلام الذي جاء به الأولياء التسعة، وهو الذي يتناسب مع عادات أهل جاوة وأعرافهم، لا توجد فيه قسوة ولا جفاء ولا غلظة. بل فيه لين ورفق يمكن أن يتأقلموا معهم ويرفقوا بهم حتّى أسلموا تحت أيديهم عموما في فترة وجيزة متمسكين بمذهب الشافعي وعقيدة الأشعرية وطريقة الصوفية. لا يوجد فيه إكراه ولا تكفير ولا شدة ولا غلظة، بل بعكس ذلك كله. وقد تلَّقَوه هكذا سلفا عن سلف خلفا عن خلف. وهو الذي قام به العلماء الإندونسيون المتأخرون كأمثال الشيخ هاشم أشعري والشيخ بشري شنشوري والشيخ خليل بنكالان.

“Pemikiran ini sudah saya dengar sebelumnya, dan pemikiran ini berbeda dengan berbedanya sudut pandang yang digunakan. Di antara mereka ada yang menafsirkannya dengan islam yang dibawa oleh wali songo, yaitu yang sesuai dengan adat-istiadat orang Jawa (maksudnya Indonesia secara umum; karena penggunaan lafadz jawa digunakan untuk jawa dan sekitarnya/Nusantara). Tidak ada kekerasan, dan sikap kaku. Justru mereka menggunakan metode dakwah dengan kelembutan dan toleransi. Sehingga dimungkinkan untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan adat sekitar. Sehingga, dalam masa yang pendek, penduduk Jawa (Indonesia) mudah untuk menerimanya dan pada akhirnya mayoritas penduduk Indonesia masuk Islam tanpa ada keterpaksaan sedikitpun. Madzhab fiqh yang mereka anut adalah madzhab Syafi'i dan akidah Asy'ariyyah, serta thoriqoh Shufiyyah. Tak ada nilai-nilai kekerasan sedikitpun, justru sebaliknya. Seperti inilah yang dikembangkan dari generasi ke generasi. Diantara beberapa ulama Nusantara yang mengembangkan pemikiran seperti ini ialah KH. Hasyim Asy’ari, KH. Bisyri Syamsuri , KH. Kholil Bangkalan dan lain sebagainya”.

فإذا فسّر إسلام نوسنتارا بهذا التفسير، فهذا قُوَيْس لا إشكال فيه، ونحن موافقون مع هذه الفكرة؛ لأنّ هذا هو الواقع الذي وجدناه مسطورا في كتب سير السلف الصالحين. ومعلوم أنّ دعوة أهل حضموت أنظف الدعوات، لا فيها قصد جمع المال ولا فيها قصد الاستعمار ولا فيها تأثير العوائد الفاسدة ولا فيها إكراه الآخرين للدخول إلى الإسلام. لو نظرنا إلى دعوة الهولانديين، فقد استعمروا إندونسيا في مدة 350 سنة، ولكن ماذا تركوا ؟؟ ما تركوا شيئا، لا اللغة تركوا ولا اللباس ولا المدارس ولا النهوض إلى التقدّم، بل بعكس ذلك كله؛ فإنّهم أخذوا كل شيء ثروات وأموال البلاد وأضف إلى ذلك الكتب والمخطوطات التي كتبها أعيان أندونسيا وعلماؤها ما تركوها إلّا نزرا يسيرا، فهم لا يزوّجون ولا يتزّوجون مع أهل البلد، وإذا تزوّج أحدهم مع أهل البلد طردوه من قبيلتهم، ويرفضونه رفضا باتا. ومع ذلك فإنّ هولنديين لا يتأقلمون مع أهل جاوة بل استخفوا بهم، ويعتبرون كالبهائم التي تقاد لقضاء حوائجهم اليومية ولا يحترمونهم كالإنسان وشاهد ذلك هو الواقع. وأمّا علماء حضرموت بعكس ذلك تماما، فإنّهم تزوّجوا مع أهل البلد ويزوّجون فيما بينهم. فإنّي وجدت أهلي –من قبيلة جمال الليل- كم وكم وجدت أبناءهم سودا؛ لأنّ جدّهم يدعو ويتزوّج بأفريقية عندما كانوا يعملون الدعوة بها، ووجدتهم بيض اللون؛ لأنّهم دعوا وتزوّجوا بالأتراك، وكذلك وجدت فيهم ممن وجوههم لم تكن فيها ملامح عربية أصلا؛ لأنّهم كانوا يدعون ويتزوّجون مع أهل جاوة أو أهل الصين. لم كان هذا ؟؟ لأنّهم استطاعوا أن يتأقلموا معهم ويدخلون في أعرافهم ولغاتهم ويندرجون في عوائدهم، ولا يكلفون أنفسهم أن تتأثروا بدعوات أهل حضرموت، بل أهل حضرموت تتأثّر بعوائد وأعرافهم. لم كان ذلك ؟؟ لتكون الدعوة أقرب إلى القبول والاستجابة. وكانت بعض اللغات التي يتكلم بها أهل حضرموت اندرجت في لغات أهل جاوة، وينشرون الآداب والأخلاق وكيفية احترام الآخرين. فهذا ميزة من مزايا دعوات أهل حضرموت، وخاصة الأولياء التسعة فإنّ أصولهم حضارم لا الهنود ولا الصين.

“Jika Islam Nusantara ditafsirkan dengan penafsiran tersebut, maka oke tak ada yang dipermasalahkan. Kita setuju dengan pemikiran tersebut; karena seperti inilah yang kita temui di buku-buku sejarah ulama-ulama salaf sholih. Dan perlu diketahui bahwa dakwah tokoh-tokoh Hadramaut adalah dakwah yang bersih. Tidak ada niatan untuk mengumpulkan harta, apalagi menginginkan kekuasaan dan menjajah, apalagi mempengaruhi mereka dengan menyebarkan adat-adat yang tidak beres, tidak memaksa yang lain untuk masuk Islam.
Coba kita lihat, dakwah (baca : ekspansi) Belanda. Mereka telah menjajah Indonesia selama 350 tahun lamanya. Apa yang mereka tinggalkan ?? Mereka tak meninggalkan apapun, tidak meninggalkan bahasa, pakaian, sekolah-sekolah ataupun memberikan kemajuan yang berarti bagi bangsa Indonesia. Justru sebaliknya, mereka mengambil segalanya dari Indonesia, dari kekayaan dan harta Indonesia. Ditambah lagi dengan merampas buku-buku serta manuskrip-manuskrip yang telah ditulis oleh tokoh-tokoh Indonesia. Mereka tidak mau kawin atau mengawinkan dengan penduduk pribumi. Jika salah satu dari mereka ada yang kawin dengan penduduk pribumi mereka tidak segan-segan mengusir dari kalangan mereka dan menolak mereka dengan keras. Tidak mungkin bagi mereka untuk menerima dan berbaur dengan kehidupan orang Indonesia, tapi mereka hanya menganggap mereka hanya sebagai binatang yang ditunggangi untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, tidak memandang mereka sebagai manusia. Dan bukti nyatanya ialah realita.
Jika kalangan tokoh Hadramaut, berbalik 180 derajat; karena mereka menikah dan menikahkan dengan pribumi. Saya sendiri (al-habib) menemui keluarganya (dari kabilah Jamalullail), berapa banyak dari mereka yang berkulit hitam; karena kakek-kakek mereka berdakwah dan menikah dengan penduduk Afrika. Dan aku temukan yang lainnya berkulit putih; karena mereka dakwah dan menikah dengan orang-orang Turki. Begitu pula sebagian yang lain wajahnya sama sekali tidak mirip dengan orang arab; karena mereka berdakwah dan menikah dengan orang Indonesia. Kenapa bisa demikian ?? Karena mereka bisa berbias dengan orang Indonesia dan bisa memasuki adat-istidat mereka, mereka tidak memaksakan diri mereka untuk memasukkan adat-istiadat Hadramaut ke dalam lingkup Nusantara. Justru sebaliknya, mereka lah yang berbaur dengan adat istiadat Nusantara. Kenapa demikian ?? Karena dengan itulah lebih bisa diterima. Terkadang sebagian bahasa Indonesia terpengaruh dengan bahasa Arab. Mereka menyebarkan adab, dan sopan santun dan bagaimana menghormati orang lain. dan inilah salah satu karakteristik dari dakwah-dakwah tokoh Hadramaut di Indonesia. Terlebih dengan wali songo, yang notabene leluhur mereka adalah dari asli Hadramaut bukan dari India ataupun Cina.”

لكن إذا قام السياسيون بتفسير إسلام نوسانتارا، فشيء آخر، وله حالة أخرى. فإنّهم حاولوا تغيير مفهوم معناه للوصول إلى أغراضهم. خذ من ذلك مثالا: فإنّ إسلام نوسانتارا قام بالتسامح مع الأديان الأخرى فيجوز من المسلم أن يتزوج من البوذية ويجوز للبوذي أن يتزوّج بالمسلمة، وعلى ذلك فقس. فإن كان قولهم كالذي ضربنا مثاله، فنحن قطعا لا نوافقه؛ لأنّهم جعلوا إسلام نوسانتارا حصنا يلجؤون إليه لتحقيق أغراضهم الفاسدة والحصول على مرامهم الكاسدة وحائطًا يتسترون به عن عيوبهم. لأنّ منهم من يقوم مقام هذا الأخير. فإذا اعترض علينا هذه الطائفة الأخيرة، فنقول لهم -كما في قصة أحد العلماء (لو لم تخن الذاكرة أنّ صاحب القصة هو الجاحظ) في معرض الردّ على اليهودي أو النصاري في عدم قبول المسلمين لدين اليهود والمسيحي (ثمّ ذكر قصّته)-: إن كان تفسيرك لإسلام نوسانتارا كما فسّره الأولياء التسعة والشيخ هاشم أشعري وغيرهم من علماء إندونسيا عقيدةً وفقهًا وطريقةً فنحن قبلناه، وإن لم يكن كما فسّروه فنحن قطع بردّ تفسيركم لإسلام نوسانتارا.

“Namun jika para politisi memolitisir penafsiran Islam Nusantara maka itu adalah hal lain, dan memiliki keadaan yang lain. karena mereka berusaha merubah makna Islam Nusantara dari makna aslinya. Ambillah sebagian contoh seperti perkataan mereka: Islam Nusantara mengembangkan sikap toleransi beragama dengan agama-agama lain, yang dengan demikian boleh seorang muslim menikah dengan yang beragama budha, atau seorang wanita muslimah boleh menikah dengan pengikut agama budha (atas dasar Islam Nusantara), dan hal ini bisa dikiaskan dengan yang lainnya.
Jika mereka berpendapat dengan pendapat yang seperti ini atau mendekatinya, maka secara pasti kita menolaknya; karena mereka menjadikan Islam Nusantara sebagai tameng yang memberi perlindungan kepada pemikiran-pemikiran nyeleneh mereka dan mendapat semua tujuan-tujuan mereka. Dan menjadikannya sebagai tembok yang menjadi tempat persembunyian mereka di belakangnya. Karena memang ada orang yang seperti ini. Jika mereka menyangkal kepada kita terkait penafsiran diatas (yang pertama versi ulama ahlussunnah). Maka kita katakan kepada mereka –seperti salah satu kisah ulama, kalau gak salah namanya Al-Jahidh ketika berduskusi dengan orang yahudi atau nashrani ketika melihat orang-orang muslim tidak menerima ajaran Yahudi dan Nashrani-: jika penafsiranmu atas Islam Nusantara sebagaimana penafsiran wali songo dan KH Hasyim Asy'ari atau yang lainnya dari kalangan ulama Indonesia masa itu baik dari segi akidah, fiqh ataupun thoriqoh maka kami pasti menerimanya. Jika tidak maka sama sekali kami menolak mentah-mentah penafsiranmu.

فلهذا يا أولادي، لا تغتروا بالمسميات، بل انظر إلى حقائقها فإن كان موافقا للشرع فاقبلوه وإلّا فردّوه. والحاصل أنّ في إسلام نوسانتارا إيجابيات وسلبيات، والشيء الإيجابي هو لنعلم ونعرف أنّ الإسلام في إندونسيا هو الإسلام الذي ينبغي أن يقلده المسلمون في بقية البلدان لما فيه من لطف الأخلاق وجمال الأسلوب وتطبيق حقيقة الإسلام، ولكن لا نحجر الباقين أنّ فيهم كذلك إلّا أنّ في إندونسيا زيادة على غيرها، ولغيرها زيادة على إندونسيا. فنحن نعتقد أنّ في حضرموت عوائد حسنة لم تكن في إندونسيا، وفيها كذلك عوائد حسنة لم تكن في حضرموت، فقس على سائر البلدان الإسلامية. فكلّ أحد منهم يأخذ الأشياء الحسنة من الآخرين بعضهم البعض؛ لأنّ المسلمون بعضهم البعض كالبنيان يشدّ بعضهم البعض. فينبغي لكل المسلمين أن يقوم بهذا، ولا يسعى في تفريق الأمة الإسلامية. وكنت قبل خمس سنوات من الآن أنوي أن أعمل دورة علمية حول الإسلام في إندونسيا مع العلماء في ندونسيا، وهذه الفكرة غير بعيدة عن فكرة إسلام نوسانتارا إن لم تكن عينها وينبغي للإندونسيين أن ينشروا هذه الدعوة للمسلمين في البلدان، ولكن شاءت الأقدار أن تفعل ما تريد. والشيء السلبي ممن قبل هذه الفكرة، هو أنّ منهم من قام بالموازنة بين إسلام نوسانتارا وإسلام أفريقيا وإسلام أمريكا والإسلام في البلدان الأخرى، ثمّ يسعى في الاستكبار على الآخرين فهذا خطأ؛ لأنّه كما قلنا: المسلمون يشدّ بعضهم بعضا، فإذا أخطأ أحدهم ينبغي أن يصوّبه آخرون. ولا يجوز أن يستخفّ بهم لا سيّما يستكبر عليهم ويدّعي أنّه هو الوحيد صاحب الحق الذي لا يشاركه غيره ويدّعي أنّ الآخرين هم أصحاب الأخطاء فينبغي أن يقلّدهم في كل الأمور حتى فيما تتعلق بالعوائد والأعراف. فهذا خطأ قطعا؛ فإنّ هذا من الاستكبار والتكبر الذي نهانا الله تعالى عنه.

“Oleh karenanya wahai anak-anakku, jangan terkecoh dengan nama-nama, tapi lihatlah hakikat dan isinya. Jika sesuai dengan ajaran syariat maka terimalah, kalau tidak maka tolaklah. Inti dari permasalahan ini bahwa Islam Nusantara memiliki nilai positif dan negatif.
Hal yang positif ialah agar kita ketahui bahwa Islam di Indonesia adalah Islam yang selayaknya harus diikuti dan ditiru oleh para muslim di Negara-negara lain; karena di dalamnya mengandung akhlak-akhlak yang lemah lembut, ungkapan yang indah, dan terdapat penerapan syariah yang sempurna. Tetapi kita tidak menutup-nutupi bahwa muslimin di Negara-negara lainnya juga demikian. Hanya saja di Indonesia memiliki nilai plus, begitu pula dengan yang lain, mereka juga memiliki nilai lebih. Kita yakin dan tahu bahwa di Hadramaut terdapat adat-istiadat yang positif yang tidak ada di Indonesia. Begitu pula dengan sebaliknya, dan hal ini bisa dikiaskan kepada Negara-negara lain.
Maka sebaiknya, setiap muslim mengambil hal-hal yang positif dari negara muslim yang lain; karena muslim satu dengan yang lainnya seperti bangungan kokoh yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Jangan sampai memecah persatuan Umat Islam di dunia. Ini adalah nilai positifnya.
Lima tahun sebelumnya saya memiliki proyek untuk membuat dauroh dengan kajian Islam di Indonesia dengan para kyai dan ulama di Indonesia, dan seharusnya mereka sebarkan dakwah ini ke negara-negara lainnya. Tapi kehendak-kehandak Allah memiliki kehendak lain.
Sementara sisi negatifnya ialah diantara mereka ada yang membanding-bandingkan bahwa Islam Nusantara itu lebih baik dari Islam Afrika, Amerika, dan Islam di Negara-negara lainnya. Kemudian berusaha unjuk gigi dengan merasa paling benar, dan ini merupakan sikap yang pasti salahnya; karena sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa para muslimun menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu dari mereka ada yang bersikap salah, benarin dong !! Jangan sampai hanya menyalah-nyalahkan apalagi dengan merasa paling benar dan mengaku-ngaku hanya dirinyalah yang memiliki tongkat kebenaran, bahkan dalam hal-hal yang berkaitan dengan adat istiadat, dan inilah yang termasuk dalam kategori sombong yang telah Allah larang.”

وقد يحكمون على شيء في البلاد العربية، والإسلامُ براءٌ منه، كالتكفير وقتل المسلمين بغير سبب مقبول ومعتبر عند الشرع الذي طالما وجدناه في الأخبار كأمثال (داعش، ISIS)، فهذا لا ينسب إلى شيء من الإسلام، فكيف يحكمون أنّ هذا إسلام العرب أو ما يسمّون بإسلام الشرق الأوسط؛ و(الشرق الأوسط) صار اصطلاحا مشهورا فيما بين المسلمين؛ فإنّ هذا الاصطلاح في الأصل استعمله الغربيون من أهل أوربا فإنّ الجزيرة العربية جغرافيًا تقع في الشرق الأوسط بالنسبة لمن في الأوربا الغربية لا لغيرهم كإندونسيا مثلا، لكن صار هذا مصطلاحا شائعا فيما بين الناس. في النهاية أنّ هذا الاصطلاح –أي إسلام نوسانتارا- يجوز أن يستخدم ولكن على التفسير الذي ذكرنا، سوى ما فسّره السياسيون؛ فإنّ هذا الثاني مرفوض قطعا وإنّها تفسير بالهوى والأغراض. فكل شيء لا سيّما مثل هذه الأسماء نعرضه على كتاب الله وسنة رسول الله، فإن وجدناه موافقا لما فيهما فبها ونعمت، وإلّا فاحكم ببطلانه، ولا تغترّوا بالمسميات وانظروا إلى الحقائق.

“Terkadang mereka memvonis atas sesuatu yang terjadi di Negara-negara Arab dan menganggapnya sebagai bagian dari Islam, padahal sama sekali tidak termasuk dalam Islam sedikitpun, seperti fenomena takfir, membunuh para muslimin tanpa ada sebab yang diterima dan diakui oleh syariat yang sering kita temui di medsos, seperti "isu" yang terjadi di ISIS.
Hal yang seperti ini sama sekali tidak bisa dimasukkan ke dalam ranah Islam. Bagaimana mereka bisa menilai bahwa ini adalah Islam versi Arab atau Timur tengah. Bahkan timur tengah sendiri sudah menjadi istilah yang popular di kalangan muslimin; karena istilah ini asal mulanya digunakan oleh Eropa Barat; karena letak goegrafi semenanjung Arab berada di timur tengah Eropa Barat, bukan untuk yang lainnya seperti Indonesia. Tapi sudah menjadi istilah yang popular mau bagaimana lagi ?
Ujung-ujungnya, istilah ini (Islam Nusantara) bisa digunakan, tapi dengan penafsiran pertama yang telah disebutkan. Bukan dengan penafsiran yang dipelintir oleh politisi, karena yang demikian ini ditolak mentah-mentah dan merupakan penafsiran orang-orang berkepentingan.
Maka, semua hal terutama hal-hal yang di atas, harus kita nilai dengan pandangan syariat. Jika sesuai dengan isi kitab dan sunnah rasul maka betapa indahnya hal itu, jika tidak tinggal kita buang aja, jangan sampai kita tertipu dengan yang beginian, dan lihatlah inti dan isi dari hal-hal yang baru tersebut.”


disarikan dari sumber: NU Garis Lurus

. . . . . . . . .




Back to The Title

Tidak ada komentar:

Posting Komentar