BAHAYANYA
PROPAGANDA SYI’AH DAN WAHABI TAKFIRI
Akhir-akhir ini di banyak media online dan di
sosial media sering kali menyodorkan artikel atau komen-komen mirinng sekaligus
keras tentang perihal kesesatan Syi’ah dan wahabi tanpa memilah-milah, sungguh
miris karena tak sedikit yang keluar dari norma-norma akhlak dakwah Islam, dan
tentu ini sangat berbahaya bagi masyarakat awam yang kurang atau tak tahu sama
sekali tentana hakikat aliran keduanya. Dan itu semua akan berimbas negatif
terhadap keharmonisan “Ukhuwah Islamiyah”.
Sengaja
penulis kali ini memaparkan tentang siapa dan apa hakikat kedua aliran tersebut
demi pencerahan kepada kita semua agar terhindar dari melapetaka perpecahan
antar ummat yang sebenarnya:
Imam
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad rhm (wafat: 1.132 H) dalam kitab “Tatsbiitul
Fu-aad” membahas tuntas tentang sikap Kaum Roofidhoh (-Jamaknya : Rowaafidh-)
yang selalu melecehkan Shahabat Nabi SAW dengan “dalih” membela Ahli Bait Nabi ,
dan Kaum Naashibah (-Jamaknya : Nawaashib-) yang sering melecehkan Ahli Bait
Nabi SAW dengan “dalih” membela Shahabat Nabi .
Imam
Al-Haddad rhm menyatakan tentang Roofidhoh dan Naashibah: ” بعرة مقسومة نصفين ”
“Kotoran Unta yang dibelah dua.” (Tatsbiitul Fu-aad, juz 2 halaman 227)
“Roofidhoh” dan “Nawaashib” adalah musuh
bebuyutan, sepanjang sejarah tidak pernah akur, bagaikan air dan minyak, tidak
pernah bisa bersatu. Satu sama lainnya saling mengkafirkan, bahkan hingga kini
kedua belah pihak saling bernafsu untuk memerangi dan membunuh pihak lainnya.
Lihat saja “Konflik Berdarah” di Iraq dan Syria saat ini, yang telah menjadi
“Tragedi Kemanusiaan” yang sangat memilukan dan menyayat hati muslim mana pun
yang menyintai “Wihdah Islaamiyyah”.
Bagi
Roofidhoh bahwa Nawaashib lebih berbahaya daripada Yahudi maupun Nashrani. Dan
bagi Nawaashib justru Roofidhoh lah yang lebih berbahaya daripada Yahudi dan
Nashrani. Baik Roofidhoh maupun Nawaashib sama-sama anti Dialog dan Anti
Toleransi Antar Madzhab Islam. Mereka selalu menolak bahkan merusak semua upaya
pemersatuan umat Islam sepanjang zaman.
Mereka
lebih suka perang sesama muslim daripada perang melawan Zionis dan Salibis
Internasional. Mereka lebih suka membunuh sesama muslim daripada memerdekakan
Palestina dan Masjid Al-Aqsha dari cengkeraman Israel. Innaa Lillaahi wa Innaa
ilaihi Rooji’uun...
SYIAH dan ROOFIDHOH
Memang tidak semua Syiah adalah Roofidhoh,
namun tidak bisa diingkari bahwa kebanyakan Syi’ah bersikap Roofidhoh. Harus
kita akui bahwa di kalangan Ulama Syiah tidak sedikit yang berupaya mencegah
dan melarang penghinaan terhadap para Shahabat Nabi untuk menjaga dan
membangun Ukhuwwah Islamiyyah, namun upaya para Ulama Reformis Syiah tersebut
tenggelam dalam fanatisme Awam Syiah yang cenderung bersikap Roofidhoh.
Fanatisme Awam Syiah tersebut bukan tanpa
sebab, justru lahir dan menguat akibat aneka kitab Syi’ah dan berbagai
pernyataan Ulama mereka sendiri yang menghina Shahabat Nabi sekaliber
Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA. Bahkan isteri Nabi seperti
Sayyidah Aisyah RA dan Sayyidah Hafshoh RA pun tak luput dari penghinaan
mereka.
Salah satunya, lihat saja kitab “Al-Anwaar
An-Nu’maaniyyah” karya Syeikh Ni’matullaah Al-Jazaa-iriy yang isinya dipenuhi
dengan hinaan terhadap para Shahabat Nabi . Bahkan dia mengkafirkan
Nawaashib, dan menuduh semua Aswaja yang tidak mengutamakan Sayyiduna Ali RA di
atas semua Shahabat sebagai Nawaashib yang Kafir.
Dalam kitab tersebut juz 2 halaman 307
disebutkan:
إنهم
كفار أنجاس بإجماع علماء الشيعة الإمامية ، وإنهم شر من اليهود والنصارى ، وإن من
علامات الناصبي تقديم غير علي عليه في الإمامة
“Sesungguhnya mereka (-Nawaashib-) adalah
Kafir dan Najis dengan Ijma’ Ulama Syiah Imamiyyah. Dan sesungguhnya mereka
lebih jahat daripada Yahudi dan Nashrani. Dan sesungguhnya daripada tanda-tanda
seorang Naashibah adalah mendahulukan selain Ali di atasnya dalam Imamah.”
Di
Indonesia, sejumlah Tokoh Syiah secara terang-terangan menghina para Shahabat
dan Isteri Nabi , seperti:
1. Jalaluddin Rahmat dalam buku
“Shahabat dalam Timbangan Al-Qur’an, Sunnah dan Ilmu Pengetahuan” hal. 7, dan
catatan kaki buku “Meraih Cinta Ilahi” hal. 404 – 405 dan 493, serta buku
“Manusia Pilihan yang Disucikan” hal. 164 – 166.
2. Emilia Renita AZ dalam buku
“40 Masalah Syiah” hal.83.
3. Haidar Barong dalam buku “Umar
dalam Perbincangan” dihampir semua bab.
Selain
itu, masih ada lagi IJABI (Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia) yang dinakhodai
oleh Jalaluddin Rahmat cs yang sering melecehkan Shahabat Nabi dalam aneka
seminar dan pertemuan. Bahkan sering melecehkan Islam dengan membela aneka
Aliran Sesat seperti Ahmadiyah, sehingga patut disebut sebagai “Syiah Liberal”.
Syiah
Roofidhoh memang secara demonstratif dan konfrontatif serta provokatif
menunjukkan kebenciannya kepada Shahabat Nabi SAW, khususnya Sayyiduna Abu
Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA, beserta kedua putri mereka yaitu Sayyidah
Aisyah RA dan Sayyidah Hafshoh RA.
Saking
bencinya kepada Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA, kalangan
Roofidhoh membuat “Doa Dua Berhala” yang isinya melaknat habis kedua Shahabat
Mulia Nabi tersebut. Bahkan mereka haramkan siapa pun dari kalangan mereka
diberi nama Abu Bakar atau Umar, atau nama putri keduanya yaitu Aisyah atau
Hafshoh.
Karenanya,
Aswaja sepakat sejak dulu hingga kini, bahwasanya “Syiah Roofidhoh” adalah
firqoh yang sesat menyesatkan. Apalagi “Syiah Ghulat” yang menabikan atau
menuhankan Sayyiduna Ali RA, dan menganggap para Imam mereka sebagai Utusan
atau Titisan Tuhan, serta memvonis Al-Qur’an kurang dan tidak asli lagi, maka
Aswaja sepakat bahwa Syiah Ghulat adalah Kafir dan Murtad, bukan lagi termasuk
Islam.
Ada pun “Syiah Moderat” yang berjiwa
Reformis, mereka bukan Ghulat dan bukan Roofidhoh. Mereka adalah saudara muslim
yang harus dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan dipukul, diajak dialog bukan
ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
RIWAYAT
HADITS SYIAH
Jadi,
jangan ada sikap gebrah uyah dengan “penggeneralisiran” semua Syiah pasti
Ghulat dan pasti Roofidhoh, sehingga semuanya pasti Kafir dan Murtad atau
Sesat. Sikap seperti itu sangat gegabah dan amat tidak ilmiah, serta bukan
sikap Aswaja.
Selain
itu, dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya
terdapat “Perawi Syiah”, tapi bukan dari kalangan Ghulat yang Kafir, sehingga
jika “mereka” dikafirkan juga, maka berarti ada “Perawi Kafir” dalam Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya.
Itu
sangat berbahaya, karena bisa menjadi “Bumerang” yang menyerang balik dan
menghancurkan Aswaja . Itu tidak dilakukan kecuali oleh mereka yang bodoh
tentang Ilmu “Jarh wat Ta’diil” atau oleh “penyusup” yang pura-pura jadi
Aswaja, padahal tujuannya merusak Aswaja.
Justru
adanya riwayat Syiah dalam Kitab Hadits Aswaja, menunjukkan bahwa Aswaja dalam
periwayatan Hadits memiliki Metode yang netral, adil, jujur dan amanat, serta
jauh dari sikap Fanatisme Madzhab.
Silahkan
buka pernyataan Imam Adz-Dzahabi rhm tentang “Riwayat Syi’ah” dalam kitab
“Mizaanul I’tidaal” juz 1 hal.29 No.2 pada ulasan “Perawi Syiah” bernama “Abaan
bin Taghlib” , dan juz 1 hal.53 No.86 pada ulasan “Perawi Syiah” yang bermama
“Ibrahim bin Al-Hakam”.
Semua
pernyataan Imam Adz-Dzahabi rhm tentang “Riwayat Syiah” dinukilkan juga oleh
Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqolaani rhm dalam kitab “Lisaanul Miizaan” juz 1 hal.103
-104. Atau cari dan baca saja langsung dalam kitab-kitab Dirooyaat Hadits,
nama-nama seperti: Ibrahim bin Yazid, Salim bin Abil Ja’di, Al-Hakam bin
‘Utaibah, Salamah bin Kuhail, Zubaid bin Al-Harits, Sulaiman bin Mihran, Ismail
bin Zakaria, Khalid bin Makhlad, Sulaiman bin Thorkhon dan Sulaiman bin Qorom.
Mereka semua adalah Syiah, tapi ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh Ahli Hadits
Aswaja.
Inilah
bukti bahwa Aswaja adalah Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan I’tidaal
(Adil), serta Tawassuth (Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh
(Toleran).
WAHABI
dan NAASHIBAH
Memang
tidak semua Wahabi adalah Naashibah, namun tidak bisa diingkari bahwa
kebanyakan Wahabi bersikap Naashibah. Memang di kalangan Ulama Wahabi tidak
sedikit yang berupaya mencegah dan melarang penghinaan terhadap para Ahli Bait
Nabi dalam bentuk apa pun, untuk menjaga dan membangun Ukhuwwah Islamiyyah,
namun upaya para Ulama Reformis Wahabi tersebut juga tenggelam dalam fanatisme
Awam Wahabi yang cenderung bersikap Naashibah.
Fanatisme
Awam Wahabi tersebut bukan tanpa sebab, justru lahir dan menguat akibat aneka
kitab Wahabi dan berbagai pernyataan Ulama panutan mereka sendiri yang menghina
Ahli Bait Nabi sekaliber Sayyiduna Ali RA dan isterinya Sayyidah Fathimah
RA serta kedua putranya Sayyiduna Al-Hasan RA dan Sayyiduna Al-Husein RA.
Salah
satunya, lihat saja kitab “Minhaajus Sunnah” karya Syeikh Ibnu Taimiyyah sang
panutan dan rujukan kalangan Wahabi, yang isinya dipenuhi dengan penghinaan
terhadap Ahli Bait Nabi .
Dalam
kitab tersebut, Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa imannya Sayyidah Khadijah RA
tidak manfaat buat umat Islam. Dan bahwa Sayyidah Fathimah RA tercela seperti
orang munafiq. Serta Sayyidina Ali RA seorang yang sial dan selalu gagal, serta
berperang hanya untuk dunia dan jabatan bukan untuk agama, dan juga perannya untuk
Islam tidak seberapa.
Ada
pun Sayyiduna Al-Hasan RA dan Sayyiduna Al-Husein RA tidak zuhud dan tidak
berilmu, serta tidak ada keistimewaannya. Lalu soal pembunuhan Sayyiduna
Al-Husein RA hanya masalah kecil, lagi pula dia salah karena melawan Khalifah
Yazid yang benar. Dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, Imam Ibnu Hajar
Al-‘Asqolaani rhm dalam kitab “Ad-Durorul Kaaminah” juz 1 hal.181 – 182 saat
mengulas tentang Ibnu Taimiyyah menyatakan:
“ومنهم من ينسبه إلى النفاق لقوله في علي ما تقدم .”
“Dan di antara mereka (-para Ulama-) ada yang
menisbahkannya (-Ibnu Taimiyyah-) kepada Nifaq, karena ucapannya tentang Ali
sebagaimana telah disebutkan.”Dan dalam kitab “Lisaanul Miizaan”, Sang Begawan
Hadits ini menyimpulkan:
“كم من
مبالغة لتوهين كلام الرافضي أدته أحيانا إلى تنقيص علي .”
“Berapa
banyak sikap berlebihan (Ibnu Taimiyyah) dalam merendahkan perkataan Roofidhoh
terkadang mengantarkannya kepada pelecehan Ali.”
Sikap
berlebihan Ibnu Taimiyyah pada akhirnya mengantarkannya ke penjara pada tahun
726 H hingga wafat di tahun 728 H. Sultan Muhammad bin Qolaawuun
memenjarakannya di salah satu menara Benteng Damascus di Syria berdasarkan
Fatwa Qodhi Empat Madzhab Aswaja, yaitu:
1. Mufti Hanafi Qodhi Muhammad bin Hariri
Al-Anshori rhm.
2. Mufti Maliki Qodhi Muhammad bin Abi Bakar rhm.
3. Mufti Syafi’i Qodhi Muhammad bin Ibrahim rhm.
4. Mufti Hanbali Qodhi Ahmad bin Umar Al-Maqdisi
rhm.
Bahkan
Syeikhul Islam Imam Taqiyuddin As-Subki rhm dalam kitab “Fataawaa As-Subki” juz
2 halaman 210 menegaskan :
“وحبس بإحماع العلماء وولاة الأمور”
“Dia (Ibnu
Taimiyyah) dipenjara dengan Ijma’ Ulama dan Umara.”
Namun,
akhirnya Syeikh Ibnu Taimiyyah rhm bertaubat di akhir umurnya dari sikap
berlebihan, khususnya sikap “Takfiir”, sebagaimana diceritakan oleh Imam
Adz-Dzahabi rhm dalam kitab “Siyar A’laamin Nubalaa” juz 11 Nomor 2.898 pada
pembahasan tentang Imam Abul Hasan Al-Asy’ari rhm.
Namun,
sayangnya Wahabi saat ini banyak yang tetap berpegang kepada sikap berlebihan
Ibnu Taimiyah yang justru sebenarnya sudah diinsyafinya. Bahkan banyak kalangan
Wahabi saat ini yang bersikap “Khawaarij” yang cenderung “Takfiirii” yaitu suka
mengkafirkan semua umat Islam yang tidak sependapat dengan mereka.
Di
Indonesia, sejumlah Tokoh Wahabi secara terang-terangan menyatakan bahwa
Madzhab Asy’ari adalah bukan Aswaja, bahkan Firqoh sesat menyesatkan, antara
lain:
1. Yazid Abdul Qadir Jawaz dalam buku “Mulia
dengan Manhaj Salaf” bab 13 hal. 519 – 521.
2. Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam buku
“Risalah Bid’ah” bab 19 hal. 295 dan buku “Lau Kaana Khairan lasabaquunaa
ilaihi” bab 6 hal. 69.
3. Hartono Ahmad Jaiz dalam buku “Bila Kyai
Dipertuhankan” hal.165 – 166.
Selain
mereka, masih ada Mahrus Ali yang mengaku sebagai Mantan Kyai NU melalui lebih
dari sepuluh buku karangannya secara eksplisit menyesatkan aneka amaliyah NU
yang bermadzhab Asy’ari Syafi’i.
Karenanya,
Aswaja pun sepakat sejak dulu hingga kini, bahwasanya Khawaarij maupun
Naashibah adalah firqoh yang sesat menyesatkan. Jadi, Wahabi yang berpaham
Khawaarij dan bersikap Nawaashib juga merupakan firqoh yang sesat menyesatkan.
Ada pun “Wahabi Moderat” yang berjiwa
Reformis, mereka bukan Khawaarij Takfiirii dan bukan juga Nawaashib. Mereka
adalah saudara muslim yang wajib dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan
dipukul, diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
Apalagi
mereka masih berpegang kepada sumber hadits yang sama dengan Aswaja, seperti
Muwaththo’ Malik dan Musnad Ahmad serta Kutubus Sittah, yaitu: Shahih Bukhari,
Shahih Muslim, Jami’ At-Tirmidzi, Sunan An-Nasaa-i, Sunan Abi Daud dan Sunan
Ibni Maajah, dan kitab-kitab Hadits Aswaja lainnya.
RIWAYAT
NAWAASHIB
Jadi,
jangan ada sikap gebrah uyah dengan “penggeneralisiran” semua Wahabi pasti
Khawaarij Takfiirii atau pasti Nawaashib, sehingga semuanya pasti sesat
menyesatkan, apalagi sampai mengkafirkan mereka. Sikap seperti itu sangat
gegabah dan amat tidak ilmiah, serta bukan sikap Aswaja.
Selain
itu, dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya
terdapat “Perawi Khawaarij” dan “Perawi Nawaashib”, sehingga jika “mereka” dikafirkan,
maka berarti ada “Perawi Kafir” dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta
Kitab Hadits Aswaja lainnya.
Itu juga
sangat berbahaya, karena juga bisa menjadi “Bumerang” yang menyerang balik dan
menghancurkan Aswaja. Itu tidak dilakukan kecuali oleh mereka yang bodoh
tentang Ilmu “Jarh wat Ta’diil” atau oleh “penyusup” yang pura-pura jadi
Aswaja, padahal tujuannya merusak Aswaja.
Justru
adanya riwayat Khawaarij dan Nawaashib dalam Kitab Hadits Aswaja, menunjukkan
bahwa Aswaja dalam periwayatan Hadits memiliki Metode yang netral, adil, jujur
dan amanat, serta jauh jauh dari sikap Fanatisme Madzhab.
Silakan
baca kitab “Al-‘Itab Al-Jamiil ‘alaa Ahlil Jarhi wat Ta’diil” karya As-Sayyid
Muhammad bin Aqil bin Yahya dengan tahqiq Sayyid Hasan bin Ali As-Saqqoof
seorang Ahli Hadits dari Yordania dan ada juga dengan tahqiq DR.Alwi bin Hamid
Syihab seorang Dosen Hadits di Universitas Hadromaut – Yaman.
Atau cari
dan baca saja langsung dalam kitab-kitab Dirooyaat Hadits, nama-nama seperti:
Umar bin Sa’ad, Zuhair bin Mu’awiyah, Ibrahim bin Ya’qub, Ishaq bin Suwaid,
Tsaur bin Yazid, Hariiz bin Utsman, Hushoin bin Numair, Khalid bin Abdullah,
Ziyad bin Jubair dan Ziyad bin ‘Alaaqoh. Mereka semua adalah Nawaashib para
pembenci Ahli Bait Nabi SAW, tapi ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh Ahli
Hadits Aswaja.
Selain
itu, masih ada “Perawi Khawaarij” dari berbagai sektenya seperti Ibaadhiyyah,
Azaariqoh, Haruuriyyah dan Ash-Shufriyyah, antara lain: Jaabir bin Zaid, Juray
bin Kulaib, Syabats bin Rib’i dan ‘Imraan bin Hiththoon. Dan ada juga “Perawi
Murji-ah” yaitu Khalid bin Salamah dan “Perawi Qadariyyah” yaitu Tsaur bin
Zaid. Mereka semua adalah Non-Aswaja, tapi ditsiqohkan dan diterima riwayatnya
oleh Ahli Hadits Aswaja.
Inilah
bukti bahwa Aswaja adalah Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan I’tidaal
(Adill), serta Tawassuth (Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh
(Toleran).
SYAIR
IMAM SYAFI’I
Imam
Syafi’i RA dalam “Diiwaan” nya pada halaman 20, menyusun beberapa Bait Syair
untuk menyindir Roofidhoh yang selalu menuduh para pecinta Sayyiduna Abu Bakar
RA sebagai Nawaashib, dan sekaligus juga menyindir Nawaashib yang selalu
menuduh para pecinta Ahli Bait Nabi sebagai Syiah Roofidhoh. Berikut
syairnya:
إذا نحن
فضلنا عليا فإننا
روافض بالتفضيل عند ذي الجهل
وفضل أبي بكر إذا ما ذكرته
رميت بنصب عند ذكري للفضل
فلا زلت ذا رفض ونصب كلاهما
بحبيهما حتى أوسّد بالرمل
Jika kami
memuliakan Ali maka sesungguhnya kami ..روافض بالتفضيل عند ذي الجهل
وفضل أبي بكر إذا ما ذكرته
رميت بنصب عند ذكري للفضل
فلا زلت ذا رفض ونصب كلاهما
بحبيهما حتى أوسّد بالرمل
Menurut orang bodoh adalah Rowaafidh lantaran memuliakannya.
Dan jika aku menyebut keutamaan Abu Bakar …
Maka aku dituduh Naashibah lantaran memuliakannya.
Maka aku akan tetap selalu menjadi Roofidhoh dan Naashibah sekaligus …
Dengan menyintai keduanya hingga aku berbantalkan pasir (mati).
ASWAJA
Ahlus
Sunnah wal Jama’ah yang disingkat “Aswaja” adalah bukan Syiah dan bukan juga
Wahabi, serta bukan Roofidhoh dan bukan juga Nawaashib.
Imam
Ibnu Hajar Al-Haitami rhm (w : 973 H) dalam kitab “Az-Zawaajir ‘an Iqtiroofil
Kabaa-ir” halaman 82 mendefinisikan Aswaja sebagai berikut:
"المراد بالسنة
ما عليه إماما أهل السنة والجماعة الشيخ أبو الحسن الأشعري و أبو منصور الماتريدي"
“Yang
dimaksud dengan Ahlus Sunnah adalah yang dianut oleh dua Imam Ahlus Sunnah wal
Jamaa’ah yaitu Syeikh Abul Hasan Al-Asy’ari san Abu Manshur Al-Maaturiidii.”
Dan Imam Al-Murtadho Az-Zabiidii rhm
(wafat : 1.205 H) dalam kitab “Ittihaafus Saadah Al-Muttaqiin” juz 2 hal. 6
menyatakan:
“إذا أطلق أهل السنة والجماعة فالمراد بهم الأشاعرة
والماتريدية .”
“Jika disebut Ahlus Sunnah wal Jama’ah secara mutlaq, maka
yang dimaksud adalah Kaum Asy’ari dan Kaum Maaturiidii.”
Hampir
semua Ulama dan Fuqoha Madzhab Fiqih Hanafi mengikuti Madzhab Aqidah
Maaturiidi, karena Imam Abu Manshur Al-Maaturiidii rhm menghimpun ajaran Aqidah
Imam Abu Hanifah rhm dalam Madzhab Aqidah Maaturiidiyyah yang dibangunnya.
Dan hampir semua Ulama dan Fuqoha
Madzhab Fiqih Maliki dan Syafi’i, serta sebagian Ulama dan Fuqoha Madzhab Fiqih
Hanbali mengikuti Madzhab Aqidah Asy’ari, karena Imam Abul Hasan Al-Asy’ari rhm
menghimpun ajaran Aqidah Imam Malik, Syafi’i dan Ahmad, rohimahumullaah, dalam
Madzhab Aqidah Asy’ariyyah yang dibangunnya.
Sebagian Ulama Hanbali mengklaim sebagai
pengikut Madzhab Aqidah Ahli Hadits dan Atsar yang “dinisbahkan” kepada Imam
Ahmad rhm. Mereka mengklaim sebagai Aswaja yang paling asli dan sejati. Kini,
pengikut aliran ini banyak mendapat “label” sesuai aneka sebab kaitannya,
antara lain
1. Atsari: Karena mengklaim sebagai
pengikut Ahli Atsar.
2. Salafi: Karena mengklaim sebagai Madzhab
paling Salaf.
3. Wahabi: Karena menjadikan Pemikiran
Tauhid Syeikh Muhammad b Abdul Wahhab sebagai rujukan utama.
4. Khawaarij: Karena sering menyalahkan
semua umat Islam yang tidak sejalan dengan mereka.
5. Takfiirii: Karena sering mengkafirkan
semua umat Islam yang tidak sependapat dengan mereka.
6. Nawaashib: Karena sering merendahkan Ahli
Bait Nabi SAW dengan “dalih” bela Shahabat Nabi SAW, bahkan paling suka
berteriak mengkafirkan dan memusyrikkan Ibu dan Ayah Nabi SAW.
7. Musyabbih: Karena dalam mentafsirkan
Sifat Allah SWT menyerupakan-Nya dengan Makhluq.
8. Mujassim: Karena dalam mentafsirkan
Sifat Allah SWT menjasmanikan Dzat Allah SWT dalam bentuk jasad Makhluq.
KESIMPULAN
Syiah
dan Wahabi bukan “Agama”, tapi “Firqoh”, sehingga tidak tepat istilah “Agama
Syiah” dan “Agama Wahabi”, bahkan istilah tersebut terlalu “Lebay”.
“Syiah Roofidhoh” dan “Wahabi Nawaashib”
adalah Firqoh sesat menyesatkam yang sangat berbahaya, sehingga wajib
diwaspadai oleh segenap Aswaja, dan harus dibendung penyebarannya, serta mesti
dilawan penistaannya terhadap Ahlul Bait mau pun Shahabat Nabi .
Sedang
“Syiah Moderat” dan “Wahabi Moderat” yang berjiwa Reformis, mereka adalah
saudara muslim yang wajib dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan dipukul,
diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
Ada pun Aswaja adalah Madzhab Pecinta
Ahlul Bait dan Shahabat Nabi serta Para Salaf yang Sholihin. Dan Aswaja
adalah Madzhab yang selalu terbuka untuk Peradaban Dialog yang berbasis Ilmu
dan Akhlaq, dalam membangun Toleransi Antar Umat Islam dari berbagai Madzhab
mau pun Firqoh.
Aswaja adalah Madzhab Islam yang
Muhaayid (Netral) dan I’tidaal (Adil), serta Tawassuth (Pertengahan) dan
Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran). Alhamdulillaah, Aswaja adalah
“Firqoh Naajiyah” yang berjalan di atas jalan Rasulullah dan Ahlil Baitnya
serta Para Shahabatnya.
والله أعلم
بالصواب
. . . . . . . . .
Back to The Title
Tidak ada komentar:
Posting Komentar