Video

Selasa, 05 Juli 2016

SHALAT TARAWIHNYA SYEIKH HARAM (MASJID NABAWI)


SHALAT TARAWIHNAY SYEIKH HARAM (MADINAH)

Kami mendengar dari Syeikh sayyid Ahmad Rifa’i, beliau adalah Syeikh Haram pada masa pemerintahan Khalifah Utmaniyah Turki dan Asyrof mengerjakan shalat tarawih di tempat khusus, yakni tempat khusus pada musim dingin, yaitu di tempat kecil yang berada antara bab Jibril dengan tempat orang-orang agwat, sebelah kanan dalam dari pintu sampai sekarang masih ada (masa hidunya SYEIKH athiyah Salim). Tempat itu muat untuk tiga shaf, setiap shaf muat untuk tiga orang, agak meninggi kurang lebih tiga meter, imam yang shalat adalah imam khusus untuk mereka yang shalat disitu, aktifitas shalat berjama’ah yang dilakukan di temapt tersebut hanya khusus pada musim dingin sedang pada musim panas di serambi pertama. Hal ini menunjukkan bahwa shalat tarawih di serambi masjid sudah umum, seperti yang dikatakan oleh Nabulisi, pada suatu malam kami shalat tarawih kemudian turun hujan, maka kami pindah ke dalam. Hal ini menunjukkan bahwa mereka shalat tarawih pada musin panas di serambi masjid, sedang pada musim dingin di dalam masjid. Mungkin hal ini hanya sebagian saja yang melakukannya, karena disebutkan juga bahwa shalat fardlu dilakukan oleh imam di mihrob-mihrob tertentu, begitu juga dengan shalat tarawih.

Selain imam-imam yang enam itu, juga ada imam-imam yang mengimami keluarga-keluarga yang besar, keluarga-keluarga itu berkumpul dari ayah, ibu dan anak-anaknya, baru datang seorang imam dan mengimami mereka di salah satu sudut masjid sampai selesai shalat tarawih selama bulan Ramadhan.

Model Baru yang Bagus dalam Masalah Iman


Disana ada imam khusus yang terdiri dari anak-anak yang menghafalkan Al Qur’an, apabila salah satu dari mereka ada yang menghafal pada suatu waktu, maka ditunggu sampai Ramadhan tiba dia pergi ke Haram (masjid) bersama ayahnya, Syeikhnya beserta teman-temannya yang menghafal bersamanya juga keluarga dekat dan teman dekatnya, maka anak itu dijadikan imam shalat tarawih dan membaca seluruh Al Qur’an selama satu bulan Ramadhan atau kurang dari satu bulan, dengan didengarkan oleh syeikhnya dan para hadirin. Hal itu merupakan ujian baginya dan sebagai pemberian ijazah dari mereka atas hafalannya, setelah itu orang tuanya mengadakan haflah (pesta) Al Qur’an sesuai dengan kemampuannya.

Terkadang dalam pesta ini mengeluarkan biaya yang banyak, sebagai luapan kegembiraan atas prestasi anaknya dal meghafal Al Qur’an, terkadang orang tuanya memberirikan hadiah-hadiah yang mahal dan baju pada syeikh dan para hadirin, belum lagi makanan dan manisan-manisannya. Kemudian anak itu diberi baju dan sorban sebagai tanda bahwa dia telah menghatamkan Al Qur’an dan shalat tarawih di masjid Nabawi.

Kami telah mendengar pembicaraan yang mengasikkan tentang hal ini dari Syeikh Sayyid Ja’far Faqih, apalagi tentang yang dilakukan ayah beliau untuk sebagian anaknya yang hafal Al Qur’an, begitu juga kami telah mendengar masalah ini dari Syeikh Muhammad Said. Pekerjaan itu mempunyai dampak yang positif dalam menggalakkan minat anak untuk menghafal Al Qur’an. Di Masjid Nabawi terdapat banyak tempat untuk menghafal Al Qur’an, tempat-tempat inilah yang merupakan pondasi dasar bagi pelajaran anak-anak di Madinah untuk menginjak pada pelajaran-pelajaran di Haram (Masjid Nabawi) dan di madrasah-madrasah. Sampai sekarang anak-anak yang menghafal Al Qur’an dan mengimami keluarganya masih tetap ada, hanya saja dalam ruang lingkup yang sempit karena sedikitnya peminat untuk menghafal Al Qur’an. Mereka tidak memulai shalat, kecuali setelah selesai shalat dengan jama’ahnya.

Perlu diingat bahwa pekerjaan ini semakin berkurang, bahkan hampir tidak terlihat lagi kecuali hanya satu atau dua saja, bahkan tempat-tempat menghafal itu sudah tidak ada lagi, hanya tinggal bekas-bekasnya di beberapa tempat dalam masjid, tidak bisa digunakan intuk mengajar anak-anak membaca dan menghafal Al Qur’an, selain memang para orang tua sekarang kurang begitu senang kalau anak-anaknya harus berlama-lama menghabiskan waktu di masjid, juga mereka lebih suka memasukkan anak-anaknya ke sekolah, tak ayal lagi anak-anak itu merasa sulit menghafal Al Qur’an, kecuali bagi mereka yang mendapatkan perhatian khusus dari orang tuanya, atau masuk ke madrasah Tahfidzul Qur’an (sekolah khusus menghafal Al Qur’an).

BERSAMBUNG KE SHALAT TARAWIH DI MASA PEMERINTAHAN SAUDI




Back to The Title

Tidak ada komentar:

Posting Komentar