الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَآئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأَغْلاَلَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُواْ بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُواْ النُّورَ الَّذِيَ أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿١٥٧﴾
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٥٨﴾
selaku junjungan terkasih.
adalah seorang ummi merupakan salah satu bukti kerasulan beliau dalam konteks ini al-Qur’an menegaskan: QS. Al-Ankabut ayat 48. Betapa tidak, pasti akan ada yang berkata bahwa ayat-ayat al-Qur’an yang beliau sampaikan, yang redaksi dan isinya sangat mengagumkan itu serta mengungkap banyak hal-hal yang tidak dikenal pada masanya adalah hasil bacaan beliau.[5]
“menandakan” tidak buta huruf, seperti contoh ayat-ayat berikut:رَسُولٌ مِّنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُّطَهَّرَةً
ذَٰلِكَ أَرْسَلْنَاكَ فِي أُمَّةٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهَا أُمَمٌ لِّتَتْلُوَ عَلَيْهِمُ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَٰنِ ۚ قُلْ هُوَ رَبِّي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلًا
tidak buta huruf:
menghapus Kalimat Raulullah.حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ قَالَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ يَقُولُا كَتَبَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ الصُّلْحَ بَيْنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ الْمُشْرِكِينَ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ فَكَتَبَ هَذَا مَا كَاتَبَ عَلَيْهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَقَالُوا لَا تَكْتُبْ رَسُولُ اللَّهِ فَلَوْ نَعْلَمُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ لَمْ نُقَاتِلْكَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَلِيٍّ امْحُهُ فَقَالَ مَا أَنَا بِالَّذِي أَمْحَاهُ فَمَحَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ قَالَ وَكَانَ فِيمَا اشْتَرَطُوا أَنْ يَدْخُلُوا مَكَّةَ فَيُقِيمُوا بِهَا ثَلَاثًا وَلَا يَدْخُلُهَا بِسِلَاحٍ إِلَّا جُلُبَّانَ السِّلَاحِ قُلْتُ لِأَبِي إِسْحَقَ وَمَا جُلُبَّانُ السِّلَاحِ قَالَ الْقِرَابُ وَمَا فِيهِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ قَالَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ يَقُولُا لَمَّا صَالَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَهْلَ الْحُدَيْبِيَةِ كَتَبَ عَلِيٌّ كِتَابًا بَيْنَهُمْ قَالَ فَكَتَبَ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ثُمَّ ذَكَرَ بِنَحْوِ حَدِيثِ مُعَاذٍ غَيْرَ أَنَّهُ لَمْ يَذْكُرْ فِي الْحَدِيثِ هَذَا مَا كَاتَبَ عَلَيْهِ
dengan orang-orang Musyrik (Makkah) ketika perjanjian Hudaibiyyah. Ali menuliskan, "Ini adalah perjanjian yang ditulis oleh Muhammad Rasulullah." Lantas mereka berkata, "Jikalau kami tahu bahwa kamu adalah Rasulullah, tentu kami tidak akan memerangimu." Maka Nabi
bersabda kepada Ali: "Hapus kata-kata itu (tulisan 'Rasulullah')." Ali menjawab, "Aku tidak mau menghapusnya." Maka Nabi
yang menghapusnya dengan tangannya sendiri." Al Barra` berkata, "Isi perjanjian itu antara lain menetapkan bahwa kaum Muslimin boleh masuk dan tinggal di kota Makkah selama tiga hari. Tidak boleh membawa senjata kecuali diletakkan dalam sarungnya." Aku bertanya kepada Abu Ishaq, "Apa yang dimaksud dengan sarung pedang?" dia menjawab, "Yaitu sarung pedang dan sesuatu yang ada di dalamnya." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Ibnu Basyar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Ishaq dia berkata; aku mendengar Al Barra` bin 'Azib berkata, "Rasulullah
pernah mengadakan perjanjian Hudaibiyyah, lantas Ali menulis suatu catatan di anatara mereka." Al Barra` berkata, "Lalu dia menulis; Muhammad Rasulullah...kemudian dia menyebutkan seperti hadits Mu'adz, namun dalam haditsnya dia tidak menyebutkan, "Ini adalah perjanjian yang ditulis olehnya." (HR Bukhari No.2500 & MUSLIM no.3335)
bermaksud menulis wasiat kemudian meminta kertas dan pena.
sakit, baginda bersabda: Bawakan padaku lembaran kertas dan dakwat, akan ku tulis untuk kalian supaya kalian tidak sesat sesat selama-lamanya setelah itu. Ucapan baginda menyebabkan kami sangat tidak senang hati, kemudian baginda bersabda lagi: Bawakan padaku lembaran kertas dan dakwat, akan ku tulis untuk kalian supaya kalian tidak sesat sesat selama-lamanya setelah itu. Kaum wanita di belakang tirai berkata: Tidakkah kalian mendengar apa yang baginda sabdakan? Maka aku pun berkata: Kalian umpama perempuan-perempuan yang bersama Yusuf, ketika Rasulullah sakit kalian mengalirkan air mata, apabila baginda sihat kalian menunggangi tengkuknya!, maka Rasulullah
bersabda: Abaikan mereka? sesungguhnya mereka lebih baik daripada kalian. (Al-Tabrani, Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub (wafat tahun 360 Hijrah), Al-Mu’jam Al-Awsat, jilid 5 halaman 288, hadis 5338.)
dan di antara kami dan para wanita terdapat hijab. Maka Rasulullah
bersabda: Mandikan aku dengan tujuh bekas air, dan bawakan aku dakwat. Akan ku tulis untuk kalian supaya kalian tidak sesat sesat selama-lamanya setelah itu. Maka kaum wanita berkata: Berikan apa yang Rasulullah perlukan. Umar berkata: Maka aku pun berkata: Diamlah, sesungguhnya kalian seperti yang bersama Yusuf, apabila baginda sakit kalian menitiskan air mata, apabila baginda sihat kalian menunggangi tengkuknya. Maka Rasulullah
bersabda: Mereka itu lebih baik daripada kalian. (Al-Zuhri, Muhammad bin Sa’ad bin Mani’ Abu ‘Abdillah Al-Bashri (wafat tahun 230 Hijrah), Al-Tabaqat Al-Kubra, jilid 2 halaman 243.)فَغَدَوْا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا طُرِقَ صَاحِبُنَا فَقُتِلَ فَذَكَرَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي كَانَ يَقُولُ وَدَعَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَنْ يَكْتُبَ بَيْنَهُ كِتَابًا يَنْتَهُونَ إِلَى مَا فِيهِ فَكَتَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً صَحِيفَةً
dan berkata; sahabat kami telah diketuk kemudian dibunuh. Kemudian Nabi
menyebutkan kepada mereka sesuatu yang Ka'b ucapkan. Dan Nabi
mengajak mereka agar beliau menulis perjanjian yang mereka taati isinya. Nabi
menulis antara beliau, dan mereka serta orang-orang muslim sebuah perjanjian dalam kertas. (ABUDAUD - 2606)حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا عِنْدَ مَوْتِهِ بِصَحِيفَةٍ لِيَكْتُبَ فِيهَا كِتَابًا لَا يَضِلُّونَ بَعْدَهُ قَالَ فَخَالَفَ عَلَيْهَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ حَتَّى رَفَضَهَا
menjelang wafatnya meminta sebuah kertas untuk ditulis di dalamnya sebuah tulisan, agar tidak akan tersesat mereka setelahnya. (Jabir bin Abdullah Radliyallahu'anhuma) berkata; lalu 'Umar bin Al Khottob menentangnya sehingga (Rasulullah
) meninggalkannya. [Al-Shaibani, Abu ‘Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal (wafat tahun 241 Hijrah), Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 3 halaman 346, hadis 14199]
hendak menerangkan kepada kita bahwa sejatinya Nabi
itu Pandai, tidaklah buta huruf, terbukti dengan keterangan Alqur'an bahwa Nabi Muhammad
membacakan sendiri lembaran-lembaran (quran) yang disucikan.وَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
dengan Kekuasaan-Nya yang tiada batas, mengirimkan seorang Rasul kepada umat yang rusak ini. Dia adalah Rasul yang mempunyai tekad, sifatnya sangat lembut, dengan spiritualital terdalam, dan moralitas tertinggi, dan melaluinya Dia akan membimbing mereka dalam rangka menjadi orang cerdas yang kelak akan menjadi pemimpin manusia. Nabi adalah PENDIDIK.
yang orang Arab. Hal ini dijelaskan-Nya dalam Firman-Nya:فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ ۗ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوا ۖ وَّإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
dan orang Arab lainnya.
Firman Allah
yang lain:
مَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
tidak pernah membaca dan menulis satupun Kitab sebelum menerima Alquran. Maksudnya, setelah menerima Alquran, Rasul membaca dan menulis Kitab dengan tangan kanannya. Ayat ini pun menunjukkan, dengan tidak pernahnya Rasullullah
membaca atau menulis satu kitab pun semisal Alquran, namun demikian bukan berarti Rasulullah
tidak tahu membaca dan menulis.
tahu, jika seandainya Rasulullah
menulis Alqur'an sendiri, maka orang-orang kafir Qurays saat itu dan bukan umat Muhammad akhir zaman akan mencurigai bahwa Alqur'an adalah ciptaan Muhammad bukan firman Tuhan, keorisinilan redaksi dari Tuhan diragukan. Pun demikian masih didustakan, seperti yang tergambar dalam Qur'an:وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَىٰ عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
- Diusia 25 tahun, Nabi Muhammad
berniaga dan dipercaya sebagai distributor perusahaan Siti Khadijah. Logikanya, seorang distributor haruslah memiliki cukup pengetahuan tentang dagang dan pembukuan. Pengetahuan macam ini tidak dimungkinkan bagi orang yg tidak mampu membaca dan menulis. - Seorang Nabi harus mempunyai kecerdasan (Fathanah), pandai atau pintar. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rasul adalah seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa
- Sayyidina Ali karromallahu wajahahu, saja begitu pandainya membaca dan menulis, dengan bukti nyata surat-surat, khutbah-khutbah yang terekam dalam Nahjul Balaghah. Sedari kecil Sayyidina Ali karromallahu wajahahu dalam didikan Rumah kenabian, ilmu yang diajarkan kepada Sayyidina Ali karromallahu wajahahu adalah Ilmu yang tidak ada padanannya. Mustahil pengajar tidak begitu pintar dari yang diajar.
- Dari hadits " ...Maka Nabi
yang menghapusnya dengan tangannya sendiri." (HR. Imam Muslim Nomor 3335), dapat ditarik kesimpulan bahwa jika Nabi tak dapat membaca dan menulis, mustahil Nabi tahu huruf dan letak kalimat yang beliau hapus. - "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang umi (buta huruf) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,…." (QS Al Jumu’ah:2)
yang UMMI alias tidak tahu baca tulis tertolak dengan adanya fakta sejarah itu."- Meyakini bahwa Nabi
sebagai pribadi yang buta huruf "seolah-olah” adalah sesuatu yang bertentangan dengan dalil naqli maupun aqli artinya membelakangi ayat-ayat dan memperkosa akal sehat. Betapa mungkin seorang Nabi Pamungkas (Khotamul ambiya), dan penghulu para rasul (sayyidul mursallin) tapi punya cela tak dapat menulis dan membaca, padahal dengan jelas ayat pertama turun ialah "BACALAH", Mustahil Allah
dan Jibril "lupa" menyuruh membaca sedangkan hambanya tidak dapat membaca ! Maha suci Allah dari tuduhan tersebut. Walau menurut Imam Bukhori, Nabi
dipeluk jibril dan dipaksa membaca, tapi Nabi
menjawab bahwa beliau tidak dapat membaca. Tapi akhirnya membaca juga. - Seseorang yang tidak menulis bukan berarti tidak dapat menulis. Meminum air, syari'atnya ialah menuangkan air ke dalam cawan, kemudian cawan diangkat, dekatkan bibir dan "disruput", namun demikian, meminum air dengan tidak menggunakan cawanpun bisa saja bukan?
SARAN DARI PENULIS YANG FAKIR
. Boleh jadi salah satunya menuduh nabi "kurang" pandai membaca dan menulis alias Buta Huruf. Karena hadist-hadist Israiliyat banyak sekali bertebaran dengan tujuan menjatuhkan kredibilitas Nabi
. Penanamkan doktrin bahwa Nabi Muhammad
dianggap tidaklah lebih pandai dari Nabi Nabi Daud
yang merdu suaranya saat membaca Zabur (Nabi Daud pandai membaca), maupun Nabi Musa
yang mengajari Nabi tentang negosiasi raka'at shalat dari 50 kali dalam sehari menjadi 5 kali. Ditambah lagi Nabi bermuka masam lah, Nabi mau bunuh diri lah, Nabi kencing di tempat pembuangan samapah lah, Nabi terkena sihir lah semakin lengkap tuduhan bahwa Nabi bukanlah manusia yang sempurna (insan kamil). Bahkan begitu geramnya dengan Nabi, kendaraan Nabi dalam perjalanan Isra' dan Mi'raj (buraq) digambarkan seperti kuda dan kepala perempuan, dimaksudkan menggambarkan bahwa nabi sebenarnya adalah Nabi yang doyan perempuan. Kejam bukan?
, ingin menempatkan posisi Nabi
pada posisi yang sesuai digambarkan Alqur'an, bahwa Nabi
sebagai Suri Tauladan serta insan kamil (manusia sempurna). Interpretasi berdasarkan interpretasi Ulama Kontemporer yang tidak bersifat mengikat dan memaksa, sampai disini dulu pembahasan tentang makna “UMMI”, semoga bermanfa’at dan menambah serta memperbagus kualitas keimanan kita semua, aamiin…FootNote:
Back to The Title




Tidak ada komentar:
Posting Komentar