
Alasan atau dalil bagi yang istiqamah mentradisikan hadiah bacaan Surat Al Fatihah bagi orang mati.
Sudah dari dulu tradisi menghadiahkan bacaan Surat Al Fatihah menjadi perbedaan Khilafiyah diantara pemahaman NU dan Muhammadiyah, kini semakin diperparah semenjak kemunculan pemahaman salafi, perlu diketahui dalam permasalah fiqh khilafiyah jangan sampai menjadi embrio perpecahan sesama muslim
Sahabat Nabibertawasul dengan Al Fatihah
pernah singgah di sebuah kabilah, yang kepala sukunya terkena gigitan hewan berbisa. Lalu sahabat melakukan doa ruqyah dengan bacaan Fatihah (tanpa ada contoh dan perintah dari Nabi). Kepala suku pun mendapat kesembuhan dan sahabat mendapat upah kambing. Ketika disampaikan kepada Nabi, beliau tersenyum dan berkata:وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ أَصَبْتُمُ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِى مَعَكُمْ بِسَهْمٍ
. Mengapa para sahabat melakukannya, sebab hal ini tidak dilarang oleh Rasulullah
. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah
dalam al-Hasyr ayat 7وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا [الحشر:٧]
, bukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah
! Dalam masalah al-Fatihah ini tidak ada satupun hadits yang melarang membaca al-Fatihah dihadiahkan untuk mayit !
Bahkan membaca al-Fatihah untuk orang yang telah wafat juga telah diamalkan oleh para ulama, diantara ulama ahli Tafsir berikut:وَأَنَا أُوْصِي مَنْ طَالَعَ كِتَابِي وَاسْتَفَادَ مَا فِيْهِ مِنَ الْفَوَائِدِ النَّفِيْسَةِ الْعَالِيَةِ أَنْ يَخُصَّ وَلَدِي وَيَخُصَّنِي بِقِرَاءَةِ اْلفَاتِحَةِ وَيَدْعُوَ لِمَنْ قَدْ مَاتَ فِي غُرْبَةٍ بَعِيْداً عَنِ اْلإِخْوَانِ وَاْلأَبِ وَاْلأُمِّ بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ فَإِنِّي كُنْتُ أَيْضاً كَثِيْرَ الدُّعَاءِ لِمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فِي حَقِّي وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً آمِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (تفسير الرازي : مفاتيح الغيب :١٨/٢٣٣-٢٣٤)
Bahkan ulama Salafi pun masih ada yang berpendapat bahwa al-Fatihah bisa sampai kepada orang yang telah wafat, Syaikh Abdullah al-Faqih berfatwa:
قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ، سَوَاءٌ الْفَاتِحَةُ أَوْ غَيْرُهَا وَإِهْدَاءُ ثَوَابِ قِرَاءَتِهَا إِلَى الْمَيِّتِ جَائِزٌ وَثَوَابُهَا يَصِلُ إِلَى الْمَيِّتِ –إِنْ شَاءَ اللهُ- مَا لَمْ يَقُمْ بِالْمَيِّتِ مَانِعٌ مِنَ اْلاِنْتِفَاعِ بِالثَّوَابِ وَلاَ يَمْنَعُ مِنْهُ إِلاَّ الْكُفْرُ (فتاوى الشبكة الإسلامية معدلة رقم الفتوى ١٨٩٤٩ حكم قراءة الفاتحة بعد صلاة الجنازة :٣/٥٣٧٠ )
Kesimpulan Penulis
Dari diuraikannya tentang masalah menghadiahkan bacaan Surat Al Fatihah, maka dapat ditarik kesimpulan yang penting:
dan kita harus husnudldhan. Dan kita harus mengqiyaskan terhadap pahala shadaqah atas nama mayyit.
yang sama-sama mengklaim ahlussunnah waljama'ah. Lucu kan ???
. . . . . . . . .
Back to The Title



Tidak ada komentar:
Posting Komentar