حيات الدنيا حيات قليلة فلا تلغ حياة أبدية

Minggu, 12 Juni 2016

Tafsir Jalalain Terjemah Surat Al Waqi'ah ayat 61 sampai dengan 80


Tafsir Jalalain Terjemah Surat Al Waqi'ah ayat 61 sampai dengan 80

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


===========================


{ على } عن { أن نبدل } نجعل { أمثالكم } مكانكم { وننشئكم } نخلقكم { في ما لا تعلمون } من الصور كالقردة والخنازير

61. (Untuk) maksudnya, supaya Kami (menggantikan) menjadikan (orang-orang yang seperti kalian) sebagai pengganti dari kalian (dan menciptakan kalian kelak) di akhirat (dalam keadaan yang tidak kalian ketahui) maksudnya, dalam bentuk yang belum kalian ketahui, seperti dalam bentuk kera atau babi, umpamanya.

{ ولقد علمتم النشأة الأولى } وفي قراءة بسكون الشين { فلولا تذكرون } فيه إدغام التاء الثانية في الأصل في الذال

62. (Dan sesungguhnya kalian telah mengetahui penciptaan yang pertama) menurut suatu qiraat lafal An Nasy`ata boleh dibaca An-Nasya`ata (maka mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?) lafal Tadzakkaruuna asalnya adalah Tatadzakkaruuna, lalu huruf Ta yang kedua diidgamkan kepada huruf Dzal.

{ أفرأيتم ما تحرثون } تثيرون في الأرض وتلقون البذر فيها

63. (Maka terangkanlah kepada-Ku tentang yang kalian tanam?) yaitu tentang tanah yang kalian bajak lalu kalian semaikan benih-benih di atasnya.

{ أأنتم تزرعونه } تنبتونه { أم نحن الزارعون }

64. (Kaliankah yang menumbuhkannya) suatu pertanyaan, apakah kalian yang telah menumbuhkannya (ataukah Kami yang menumbuhkannya?)

{ لو نشاء لجعلناه حطاما } نباتا يابسا لا حب فيه { فظلتم } أصله ظللتم بكسر اللام حذفت تخفيفا أي أقمتم نهارا { تفكهون } حذغفت منه إحدى التاءين في الأصل تعجبون من ذلك وتقولون :

65. (Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering lagi keropos) maksudnya, tumbuhan yang kalian tanam itu menjadi kering tak ada biji dan isinya (maka jadilah kalian) pada asalnya lafal Zhaltum adalah Zhaliltum, lalu huruf Lam yang berharakat dibuang demi untuk meringankan bunyi sehingga jadilah Zhaltum, yakni jadilah kalian pada keesokan harinya (heran tercengang) keheranan karena melihat hal tersebut. Lafal Tafakkahuuna asalnya Tatafakkahuuna, lalu salah satu dari kedua huruf Ta dibuang sehingga menjadi Tafakkahuuna:

{ إنا لمغرمون } نفقة زرعنا

66. (-Seraya mengatakan-, "Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian,) biaya yang telah kami tanamkan buat tanaman kami.

{ بل نحن محرومون } ممنوعون رزقنا

67. (Bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa") kami tidak mendapatkan rezeki apa-apa.

{ أفرأيتم الماء الذي تشربون }

68. (Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kalian minum.)

{ أأنتم أنزلتموه من المزن } السحاب جمع مزنة { أم نحن المنزلون }

69. (Kaliankah yang menurunkannya dari awan) lafal Muzni adalah bentuk jamak dari lafal Muznatun, artinya awan yang membawa air hujan (ataukah Kami yang menurunkannya).

{ لو نشاء جعلناه أجاجا } ملحا لا يمكن شربه { فلولا } هلا { تشكرون }

70. (Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin) berasa asin hingga tidak dapat diminum (maka mengapa tidak) kenapa tidak (kalian bersyukur?

{ أفرأيتم النار التي تورون } تخرجون من الشجر الأخضر

71. (Maka terangkanlah kepada-Ku tentang api yang kalian nyalakan) yang kalian keluarkan dari gosokan-gosokan kayu yang hijau.

{ أأنتم أنشأتم شجرتها } كالمرخ والعفار والكلخ { أم نحن المنشئون }

72. (Kaliankah yang menjadikan kayu itu) yang dimaksud adalah pohon Marakh dan pohon 'Affar yang kayunya dapat dijadikan sebagai pemantik api (atau Kamikah yang menjadikannya?).

{ نحن جعلناها تذكرة } لنار جهنم { ومتاعا } بلغة { للمقوين } للمسافرين من أقوى القوم : أي صاروا بالقوى بالقصر والمد أي القفر وهو مفازة لا نبات فيها ولا ماء

73. (Kami menjadikan api itu untuk peringatan) yakni mengingatkan tentang neraka Jahanam (dan sebagai bekal) dalam perjalanan (bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan) diambil dari lafal Aqwal Qaumu, yakni kaum itu kini berada di padang pasir yang tandus, tiada tumbuh-tumbuhan dan air padanya.

{ فسبح } نزه { باسم } زائدة { ربك العظيم } الله

74. (Maka bertasbihlah) artinya, Maha Sucikanlah (dengan menyebut nama) huruf Ba di sini adalah Zaidah (Rabbmu Yang Maha Besar) yakni Allah Yang Maha Besar.

{ فلا أقسم } لا زائدة { بمواقع النجوم } بمساقطها لغروبها

75. (Maka Aku bersumpah) huruf Laa di sini adalah Zaidah (dengan nama tempat-tempat terbenamnya bintang-bintang) tempat-tempat bintang-bintang tenggelam.

{ وإنه } أي القسم بها { لقسم لو تعلمون عظيم } لو كنتم من ذوي العلم لعلمتم عظم هذا القسم

76. (Sesungguhnya sumpah itu) sumpah dengan memakai namanya ita (adalah sumpah yang besar kalau kalian mengetahui) jika kalian termasuk orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan niscaya kalian mengetahui besarnya sumpah ini.

{ إنه } أي المتلو عليكم { لقرآن كريم }

77. (Sesungguhnya ini) yakni yang dibacakan kepada kalian (adalah Alquran yang sangat mulia).

{ في كتاب } مكتوب { مكنون } مصون وهو المصحف

78. (Pada Kitab) yang tertulis dalam Kitab (yang terpelihara) yang dijaga, maksudnya Mushhaf Alquran.

{ لا يمسه } خبر بمعنى النهي { إلا المطهرون } الذين طهروا أنفسهم من الأحداث

79. (Tidak menyentuhnya) adalah kalimat berita, tetapi mengandung makna perintah, yakni jangan menyentuhnya (kecuali orang-orang yang telah bersuci)[1] yakni orang-orang yang telah menyucikan dirinya dari hadas-hadas.

{ تنزيل } منزل { من رب العالمين }

80. (Diturunkan) ia diturunkan (dari Rabb semesta alam)

BERSAMBUNG

NoteFoot:


(1) Menurut penafsiran Ibnu Katsir dalam kitabnya: Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Hakim ibnu Jubair, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.(Al-Waqi’ah:79) Yakni Kitab yang ada di langit. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.(Al-Waqi’ah: 79) Yaitu para malaikat.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Anas, Mujahid. Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Abusy Sya’sa, Jabir ibnu Zaid. Abu Nuhaik, As-Saddi, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan lain-lainnya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami IbnuSaur, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi’ah: 79) Yakni tidak ada yang menyentuhnya di sisi Allah kecuali hamba-hamba yang disucikan. Adapun di dunia, maka sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat dipegang oleh orang Majusi yang najis dan orang munafik yang kotor.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini menurut qiraat Ibnu Mas’ud disebutkan mayamassuhii illal mutahharun, memakai ma. Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi’ah: 79) Bukan kamu orang-orang yang berdosa. Ibnu Zaid mengatakan bahwa orang-orang Quraisy mempunyai dugaan bahwa Al-Qur’an ini diturunkan oleh setan. Maka Allah menerangkan bahwa Al-Qur’an ini tidak dapat disentuh kecuali oleh hamba-hamba yang disucikan, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

( وَمَا تَنزلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ. وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ. إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ)

Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur’an itu. (Asy-Syu’ara: 210-212)

Pendapat ini cukup baik dan tidak menyimpang dari pendapat-pendapat yang sebelumnya. Al-Farra mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak dapat merasakan makna dan manfaat Al-Qur’an kecuali orang-orang yang beriman kepadanya. Ulama lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.(Al-Waqi’ah: 79) Yakni yang suci dari jinabah dan hadas. Mereka mengatakan bahwa lafadz ayat merupakan kalimat berita, tetapi makna yang dimaksud ialah perintah. Dan mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Al-Qur’an adalah mushaf, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Ibnu Umar, bahwa Rasulullah telah melarang bepergian membawa Al-Qur’an ke negeri musuh karena dikhawatirkan Al-Qur’an itu dirampas oleh musuh. Dan mereka menguatkan pendapatnya dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam kitab Muwatta’-nya dari Abdullah ibnu Abu Bakar ibnu Muhammad ibnu Amr ibnu Hazm sehubungan dengan surat yang dikirim oleh Rasulullah ditujukan kepada Amr ibnu Hazm, bahwa tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci.

Abu Daud telah meriwayatkan di dalam himpunan hadits-hadits mursal-nya melalui Az-Zuhri yang mengatakan bahwa aku telah membaca lembaran yang ada pada Abdu Abu Bakar ibnu Muhammad ibnu Amr ibnu Hazm, bahwa Rasulullah telah bersabda:

“وَلَا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ”

Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci.

Ini merupakan alasan yang baik, telah dibaca oleh Az-Zuhri dan lain-lainnya, dan hal yang semisal dengan pendapat ini dianjurkan untuk dipakai.

Ad-Daruqutni telah mengisnadkannya dari Amr ibnu Hazm dan Abdullah ibnu Amr serta Usman ibnu Abul Asim, tetapi dalam sanad masing-masing dari keduanya perlu diteliti kembali; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.




Back to The Title

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to top